Menteri Luar Negeri AS John Kerry telah menyelesaikan kunjungannya ke Somalia, di mana ia bertemu dengan presiden dan perdana menteri negara tersebut.
Kerry meninggalkan Nairobi menuju Mogadishu hari Selasa (5/5) dan menjadi menteri luar negeri AS pertama yang berkunjung ke Somalia. Ia hanya menghabiskan sekitar 3,5 jam di Mogadishu, dalam kunjungan yang tidak diumumkan ke publik sebelumnya oleh pejabat AS.
Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan kunjungan Kerry adalah upaya untuk menunjukkan dukungan terhadap kemajuan yang dicapai oleh pemerintah Somalia dan untuk berterima kasih pada negara-negara di kawasan tersebut atas kontribusi mereka terhadap AMISOM, misi pemelihara kedamaian Uni Afrika di Somalia.
Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud dan Perdana Menteri Omar Abdirashid Ali Sharmarke menyambut kedatangan Kerry di bandara.
Mohamud mengatakan, "Ini kesempatan bagus untuk kami ... terima kasih atas waktu yang diberikan untuk bertemu dengan kami."
"Saya senang ada di sini," kata Kerry, yang juga menyampaikan harapannya bahwa Somalia bisa mencapai kemajuan untuk perdamaian dan stabilitasi di negara tersebut.
Utusan AS kemudian bertemu dengan presiden kawasan Puntland, Somalia dan presiden interim untuk dua kawasan lainnya.
'Kemajuan telah dicapai'
“Kemajuan besar telah dicapai dan Anda semua berkontribusi terhadap kemajuan itu, bekerjasama dan menghadapi masalah ini, dengan pembagian tanggungjawab yang tepat," kata Kerry kepada para pemimpin kawasan tersebut.
Ia kemudian bertemu dengan anggota masyarakat madani di kesempatan terpisah, termasuk aktivis perdamaian Somalia Fartuun Adan, penerima penghargaan internasional “Women of Courage” pada tahun 2013, Ilwad Elman, mantan anggota Inisiatif Pemimpin Muda Afrika yang dibentuk oleh Presiden Obama dan Khadija Isse, anggota inisiatif yang sama.
Departemen Luar Negeri AS merilis pesan video kepada warga Somalia ketika Kerry meninggalkan negara tersebut. Dalam pesan itu, Kerry mengatakan, "Saya berkunjung ke Somalia hari ini karena negara Anda sedang berputar arah."
Kerry mengatakan kunjungan singkatnya ke Mogadishu mengkonfirmasi apa yang disampaikan para diplomat kepadanya, "bahwa Anda warga Somalia tangguh dan bertekad merebut kembali negara dan masa depan Anda dari para teroris dan kelompok milisi yang mencoba untuk mencurinya."
Sebelum kedatangannya, pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan, "Saya pikir (kunjungan Kerry) akan mengirimkan pesan kuat kepada al-Shabab bahwa kita tidak meninggalkan warga Somalia dan kita akan terus bekerjasama dengan Somalia sampai kita bisa mengakhiri teror al-Shabab."
Dalam wawancara baru-baru ini dengan VOA Somalia, Presiden Mohamud menyebut al-Shabab sebagai "musuh yang tidah punya harga diri." Ia mengeluarkan komentar tersebut tak lama setelah kelompok milisi yang berbasis di Somalia tersebut menyerang Garissa University College di Kenya bulan lalu, menewaskan 148 orang.
Sebelum berkunjung ke Somalia, Kerry mendiskusikan upaya-upaya kontraterorisme dengan pejabat-pejabat Kenya. Kenya adalah salah satu negara yang meminjamkan pasukan kepada misi pemelihara perdamaian Uni Afrika di Somalia.
Kenya juga menerima ratusan ribu warga Somalia di kamp-kamp pengungsiannya. Setelah serangan terhadap Garissa University College, beberapa pemimpin politik Kenya menyerukan pemulangan pengungsi Somalia di daerah Dadaab di timur laut Kenya. Mereka menuduh para pengungsi ikut berperan dalam kerawanan di Kenya.
Bantuan AS terhadap upaya Uni Eropa
AS memberikan pelatihan, peralatan dan serangan pesawat tanpa awak kepada upaya-upaya yang dipimpin oleh Uni Afrika dan berhasil mengusir al-Shabab dari kota-kota besar di Somalia.
Tapi pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan masih banyak tugas yang harus dikerjakan oleh pemerintah Somalia untuk mengendalikan keamanan di negaranya.
"Tentara Nasional Somalia, peran nasional," kata penjabat tersebut. Ia mengatakan upaya pemerintah Somalia untuk mempersatukan klan dan sub-klan di bawah "payung" tentara nasional masih "pekerjaan yang sedang berlangsung."
Kunjungan Kerry ke Mogadishu dilakukan di saat AS telah bekerja untuk memperluas kerjasamanya dengan Somalia.
Pada bulan Februari, Presiden AS Barack Obama mencalonkan diplomat karir Katherine Dhanani untuk menjadi duta besar AS pertama untuk Somalia sejak 1991. Bila disetujui oleh Senat, ia akan memimpin pemerintah AS untuk Somalia, di Kenya.
Setelah kembali ke Kenya dari Somalia, Kerry akan berkunjung ke Djibouti, yang merupakan hub militer AS dari kawasan Tanduk Afrika atau wilayah Afrika yang mencakup Ethiopia, Eritrea dan Djibouti. Negara itu juga menjadi titik pemberhentian bagi orang asing yang berlindung dari pergolakan di Yaman.
Warga Amerika melarikan diri dari Yaman
Pada briefing hari Selasa (5/5), pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan lebih dari 500 warga Amerika diketahui telah meninggalkan Yaman menuju Djibouti, beserta keluarga mereka.
Pejabat tersebut mengatakan Djibouti relatif toleran dengan persyaratan masuk ke negara mereka, sementara negara-negara lain menerapkan pembatasan.
Dari Djibouti, Kerry menuju Riyadh untuk berunding dengan pemimpin senior tentang keamanan kawasan tersebut.
Ia dijadwalkan mengakhiri kunjungannya di Paris, di mana ia akan bertemu dengan menteri-menteri luar negeri negara-negara Dewan Kerjasama Teluk, ikut dalam peringatan Hari Kemenangan Perang Dunia II, dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius.