Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan pasien Cianjur, yang telah meninggal dunia itu, positif terpapar COVID-19. Pasien tersebut bahkan telah menulari isteri dan anaknya.
“Yang dulu disampaikan bupati Cianjur, ternyata data terakhir yang kami terima, pasien positif. Kemudian dua (pasien) di Kabupaten Bekasi adalah isteri dan anak dari pasien Cianjur. Itu juga positif,” jelasnya kepada wartawan, Minggu (15/3) siang.
Siapa Pasien Cianjur?
Pasien tersebut - seorang laki-laki berusia sekitar 50 tahun - berdomisili di Kabupaten Bekasi.
Dia dilaporkan mengunjungi Malaysia pada pertengahan Februari, dan mengalami Demam dan batuk ketika kembali ke Indonesia. Pria itu pun sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Bekasi.
Belum sembuh total, pasien kemudian ke Cianjur untuk mengunjungi kerabatnya. Kondisi kesehatan pria itu pun menurun dan dia dilarikan ke Rumah Sakit dr Hafidz (RSDH) Cianjur. Dia sempat dirawat di ruang isolasi sejak 1 Maret sebelum akhirnya meninggal dunia pada 3 Maret.
Pria itu sempat menyandang status suspect corona. Namun dia belum sempat dirujuk ke RS Hasan Sadikin di Kota Bandung. Dinas Kesehatan Cianjur sempat mengambil sampel darah pasien untuk diperiksa.
Sehari setelah pasien meninggal, Kementerian Kesehatan dan Gubernur Jawa Barat mengumumkan pasien tersebut negatif corona.
“Setelah dikonfirmasi, itu bukan terpapar COVID-19. Karena memang punya sejarah penyakit paru-paru,” jelas Emil, sapaan Ridwan Kamil, 4 Maret.
Dengan pengumuman ini, pasien Cianjur bisa saja tertular COVID-19 lebih awal dari kasus pertama yang diumumkan pemerintah. Sebab, kasus 1 dan 2 di Depok baru diumumkan pada 2 Maret.
Jabar Catat 6 Pasien Corona
Sementara itu Jawa Barat mencatat total 6 pasien COVID-19. Angka ini terdiri atas kasus 1 dan 2 di Depok, anak dan isteri dari pasien Cianjur, 1 orang di Bandung, dan 1 orang di Cirebon. Pasien Bandung dan Cirebon kini dalam perawatan isolasi di rumah sakit.
Emil mengatakan, saat ini terdapat 706 orang yang dipantau karena aktivitas. Terdiri atas 256 yang sudah selesai isolasi pribadi, dan 448 yang masih menjalankan isolasi pribadi.
“Kemudian PDP (pasien dalam pengawasan) ada 182. Terdiri dari 54 negatif, alhamdulillah, 28 masih menunggu hasil, jadi belum ada statusnya. Dan 6 yang positif,” jelasnya.
Emil mengatakan, Pemda Jabar akan melakukan tes corona dengan cara jemput bola.
“Jadi tidak menunggu dulu orang bergejala, masuk rumah sakit, baru dicek hasilnya positif negatif ke pusat, tapi kita akan melakukan tes proaktif,” tuturnya.
Tes ini, tambah Emil, akan dilakukan di laboratorium kesehatan Jabar, bekerjasama dengan Lab Mikrobiologi dan Parasitologi FK Unpad, dan Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB. Kedua laboratorium ini memiliki standar biosafety 2.
Menurut Emil, prioritas akan diberikan kepada para petugas kesehatan yang menangani pasien corona.
“Kemudian juga tenaga kerja asing yang kita curigai, itu mungkin ada di Karawang, akan kita tes juga. Dan keluarga-keluarga dari pasien, itu akan kita tes juga,” tambah dia.
Pemda Jabar menyiapkan dana senilai 24 miliar (tahap 1) dan 50 miliar (tahap 2). Sebagian besar anggaran ini akan digunakan untuk membeli alat pelindung diri (APD) untuk petugas, ventilator untuk pasien, dan test kit corona. [rt/em]