Roket jatuh ke laut sekitar satu menit setelah lepas landas. Kantor berita resmi Korea Utara mengakui rudal itu pecah, sehingga kargonya – yang digambarkan sebagai satelit cuaca – tidak bisa mencapai orbit Bumi.
Pyongyang menentang protes internasional dengan tetap melakukan peluncuran meskipun secara luas diyakini operasi itu sebenarnya ujicoba rudal balistik jarak jauh yang bisa membawa hulu ledak semudah membawa satelit. Roket tiga tahap itu tidak berfungsi setelah tahap pertama kehabisan bahan bakar dan jatuh, dan roket itu jatuh ke Laut Kuning tanpa menyentuh tanah atau menabrak salah satu dari banyak kapal yang mengamati ujicoba itu dari perairan internasional.
Wartawan VOA di Pyongyang mengatakan meskipun diajak berkeliling pusat kendali satelit dan landasan peluncuran awal pekan ini, wartawan asing tidak diberitahu tentang peluncuran itu, bahkan setelah peluncuran dilakukan. Dan pejabat-pejabat Korea Utara tidak menemui wartawan setelah itu padahal jumpa pers sudah diperkirakan.
Ban “menyesalkan” tindakan Korea Utara itu dan menilainya menentang "sikap tegas dan bulat masyarakat internasional." Ia juga mengatakan tes rudal seperti itu dengan kemungkinan aplikasi militer, adalah pelanggaran resolusi PBB.
Di Washington, sekretaris pers Gedung Putih Jay Carney mengatakan tindakan Korea Utara adalah ancaman bagi keamanan regional, dan tanda bahwa Pyongyang lebih suka "membuang uang untuk senjata dan pameran propaganda sementara rakyat Korea Utara kelaparan." Amerika membatalkan rencana mengirim tambahan bantuan makanan ke Korea Utara, dan mempertimbangkan sanksi-sanksi itu bisa lebih diperketat jika Pyongyang melakukan "tindakan provokatif lagi."
Menteri Pertahanan Jepang Naoki Tanaka mengatakan roket itu tampaknya telah mencapai ketinggian 120 kilometer di atas laut sebelum terpecah. Kapal-kapal angkatan laut Korea Selatan, Amerika, Rusia dan Tiongkok berada di zona peluncuran mencari puing-puing roket.
Banyak anggota masyarakat internasional menentang operasi Korea Utara, yang tampaknya bertepatan 100 tahun kelahiran pendiri negara komunis itu, Kim Il Sung. Uni Eropa, Kelompok-8 negara industri, Rusia, Jerman dan Inggris sepakat peluncuran roket itu seharusnya tidak terjadi. Dan negara-negara tetangga Korea Utara: Korea Selatan, Tiongkok dan Jepang mengutuk tindakan itu. Dewan Keamanan PBB bertemu hari Jumat membahas isu tersebut.
Pyongyang menentang protes internasional dengan tetap melakukan peluncuran meskipun secara luas diyakini operasi itu sebenarnya ujicoba rudal balistik jarak jauh yang bisa membawa hulu ledak semudah membawa satelit. Roket tiga tahap itu tidak berfungsi setelah tahap pertama kehabisan bahan bakar dan jatuh, dan roket itu jatuh ke Laut Kuning tanpa menyentuh tanah atau menabrak salah satu dari banyak kapal yang mengamati ujicoba itu dari perairan internasional.
Wartawan VOA di Pyongyang mengatakan meskipun diajak berkeliling pusat kendali satelit dan landasan peluncuran awal pekan ini, wartawan asing tidak diberitahu tentang peluncuran itu, bahkan setelah peluncuran dilakukan. Dan pejabat-pejabat Korea Utara tidak menemui wartawan setelah itu padahal jumpa pers sudah diperkirakan.
Ban “menyesalkan” tindakan Korea Utara itu dan menilainya menentang "sikap tegas dan bulat masyarakat internasional." Ia juga mengatakan tes rudal seperti itu dengan kemungkinan aplikasi militer, adalah pelanggaran resolusi PBB.
Di Washington, sekretaris pers Gedung Putih Jay Carney mengatakan tindakan Korea Utara adalah ancaman bagi keamanan regional, dan tanda bahwa Pyongyang lebih suka "membuang uang untuk senjata dan pameran propaganda sementara rakyat Korea Utara kelaparan." Amerika membatalkan rencana mengirim tambahan bantuan makanan ke Korea Utara, dan mempertimbangkan sanksi-sanksi itu bisa lebih diperketat jika Pyongyang melakukan "tindakan provokatif lagi."
Menteri Pertahanan Jepang Naoki Tanaka mengatakan roket itu tampaknya telah mencapai ketinggian 120 kilometer di atas laut sebelum terpecah. Kapal-kapal angkatan laut Korea Selatan, Amerika, Rusia dan Tiongkok berada di zona peluncuran mencari puing-puing roket.
Banyak anggota masyarakat internasional menentang operasi Korea Utara, yang tampaknya bertepatan 100 tahun kelahiran pendiri negara komunis itu, Kim Il Sung. Uni Eropa, Kelompok-8 negara industri, Rusia, Jerman dan Inggris sepakat peluncuran roket itu seharusnya tidak terjadi. Dan negara-negara tetangga Korea Utara: Korea Selatan, Tiongkok dan Jepang mengutuk tindakan itu. Dewan Keamanan PBB bertemu hari Jumat membahas isu tersebut.