Sejumlah sukarelawan di Palestina sejak Sabtu 18 Maret lalu, atau berarti satu minggu sebelum tibanya bulan suci Ramadan, membersihkan dan memberikan sentuhan akhir Ramadan di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Puluhan ribu jemaah Muslim telah berduyun-duyun datang ke Yerusalem untuk sholat dan berdoa di kawasan Masjid Al Aqsa, salah satu tempat paling suci bagi warga tiga agama – Islam, Kristen dan Yahudi.
“Setiap tahun biasanya kami didatangi banyak kelompok jemaah, yang secara khusus datang dengan berbagai bus ke Masjid Al-Aqsa untuk membantu membersihkan halaman, karpet dan bagian-bagian lain masjid ini. Jumlah bus yang datang tahun ini mencapai 186 bus. Jemaah yang datang sebagian besar perempuan, anak-anak, pemuda dan sebagian kecil warga lansia. Mereka bergabung dengan kami di hari yang diberkahi ini. Banyak orang yang tinggal di pinggir kota Yerusalem juga datang untuk mendukung perekonomian mereka, berjualan dan sekaligus membeli barang di Yerusalem," papar penanggungjawab pekerjaan bagi perempuan dalam Gerakan Islam di Yerusalem, Nusseibeh Sheikh Abdullah mengatakan kepada Associated Press.
Warga lokal di Yerusalem juga memasang lentera di gang-gang di sepanjang kota tua itu. Salah seorang warga, Mohammad Razem, mengatakan, “Saya berharap tahun ini akan menjadi tahun yang baik untuk semua orang. Tidak ada lagi masalah bagi mereka yang datang ke Yerusalem. Mereka yang datang biasanya melalui dua gerbang, Lion dan Hutta, karena di kedua gerbang ini memiliki banyak hiasan yang berbeda-beda. Orang suka datang, tidak saja untuk beribadah, tetapi juga foto-foto dan merasakan atmosfir Ramadan yang berbeda dibanding di tempat mereka.”
Beli Manisan dan Makanan Khas Berbuka, Warga Baghdad Padati Pasar Shorja
Persiapan serupa juga dilakukan di Baghdad, Irak. Beberapa hari menjelang tibanya bulan puasa, para pembeli memadati Pasar Shorja untuk membeli dekorasi Ramadan, manisan dan permen tradisional dan makanan khas berbuka lainnya.
Sayangnya “pesta” belanja pra-Ramadan tahun ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya karena warga mengalami tekanan hebat akibat krisis mata uang di negara itu. Warga Baghdad, Abu Hussein, mengatakan, “Perubahan nilai tukar terhadap dolar telah menimbulkan dampak di pasar dan warga secara keseluruhan karena pendapatan mereka menjadi sangat kecil. Kebanyakan warga di sini adalah pekerja yang dibayar dalam mata uang dinar. Sebelum krisis nilai tukar ini, gaji mereka cukup untuk makan satu bulan. Tetapi sekarang hanya bisa menutupi kebutuhan keluarga selama dua minggu, ya sekitar 14-15 hari, terus habis.”
Namun Abdullah Jassim, pekerja di toko permen, tetap bekerja sepenuh hati karena baginya Ramadan adalah bulan penuh berkah.
“Saat bulan Ramadan, permintaan permen atau manisan naik pesat karena ketika berbuka orang perlu sesuatu untuk mengembalikan energi mereka setelah berpuasa sehari penuh. Saya berdoa agar bulan suci kali ini aman dan tenang, tidak saja di Irak, tetapi juga di seluruh dunia, karena ini bulan penuh berkah," ujarnya.
Juru Masak Siapkan Lebih Banyak Makanan Berbuka di Masjid-Masjid
Di Masjid Syekh Abdul Qadir Al Gilani, di mana orang biasanya antre untuk mendapatkan makanan gratis, para petugas kini disiapkan untuk menyiapkan lebih banyak paket makanan karena diyakini akan lebih banyak orang yang datang.
“Kami mempersiapkan makanan untuk satu bulan penuh selama Ramadan ini. Kami yakin jumlah makanan yang harus kami sediakan, terutama untuk kaum miskin, akan meningkat. Nasi dan daging kini meningkat menjadi sekitar 100 dolar per kilogram. Kami juga butuh sedikitnya 60 kilogram lentil. Selain tentunya roti, yoghurt dan kurma. Ini semua untuk berbuka puasa," kata pengawas dapur dan juru masak di masjid itu, Saad Hashem.
Warga Muslim Tokyo Saling Berbagi Makanan Khas
Lain lagi cerita Aji Rokhadi, diaspora Indonesia yang beberapa tahun terakhir ini bekerja dan menetap di Tokyo, Jepang. “Tidak ada tradisi khusus di Jepang karena warga Muslim merupakan minoritas di negara ini. Tetapi sesama warga Muslim Tokyo kerap berbagi makanan khas negara masing-masing, baik untuk berbuka maupun sahur. Meskipun ada perkumpulan ibadah dan silaturahmi, kami senantiasa menjaga ketenangan dan ketertiban sesuai adat istiadat setempat,” ujar Aji.
Sementara di Indonesia, selain melakukan semua yang juga dilakukan di Irak, Yerusalem dan Jepang tadi; banyak warga masih menjalani tradisi khas daerah masing-masing seperti mandi di pantai, karnaval dengan beduk hingga memasak makanan khas untuk dibagikan atau dimakan bersama. Selamat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan yaa.[em/jm]
Forum