Sementara Amerika Serikat dan Israel menggembar-gemborkan pemindahan Kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem sebagai suatu penghormatan terhadap perdamaian, pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 50 demonstran Palestina dan mencederai ratusan lainnya dalam serangan terhadap para demonstran di Gaza.
Peresmian Kedutaan Amerika pada hari Senin itu memicu protes di kawasan dan di berbagai tempat lain di dunia. Berbagai organisasi HAM menyerukan dilakukannya investigasi atas kematian di Gaza itu.
Warga Palestina di Gaza telah berunjuk rasa selama satu bulan lebih untuk menuntut hak-hak pengungsi kembali ke tanah tempat mereka dipaksa meninggalkannya pada waktu pembentukan negara Israel. Peresmian Kedutaan Amerika di Yerusalem berlangsung sementara Israel memperingati 70 tahun berdirinya negara mereka, dan Palestina berduka atas hilangnya tanah air mereka, sehingga memicu kemarahan para demonstran. Israel menyatakan upaya-upaya untuk menerobos pagar keamanan antara Gaza dan Israel harus dihentikan. Gedung Putih menyalahkan para pemimpin Hamas di Gaza atas kematian para demonstran.
Wakil juru bicara Gedung Putih Raj Shah mengemukakan, "Hamas secara sengaja dan dengan sinis memprovoksi tanggapan seperti ini, dan sebagaimana dikatakan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Israel memiliki hak untuk membela diri.”
Tetapi sejumlah warga Amerika mempertanyakan perlunya memindahkan kedutaan ke kota yang sangat diperebutkan itu. Sekelompok pemuda Yahudi berpawai di luar hotel Trump di tengah kota Washington untuk menuntut diakhirinya pendudukan, dan hak yang setara bagi rakyat Palestina.
Ethan Miller, salah seorang demonstran, mengatakan, "Yerusalem adalah kota yang sangat terpecah belah. Ini adalah kota yang dicekam oleh pendudukan, dan di mana 370 ribu warga Palestina tinggal tanpa hak-hak dasar yang sama seperti yang dimiliki tetangga Israel mereka.”
Inggris dan Perancis termasuk di antara banyak pengecam yang menyatakan Amerika Serikat telah melanggar hukum internasional dan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB.
Farhan Haq, deputi juru bicara Sekjen PBB, mengemukakan, "Sebagaimana Anda tahu, Sekjen meyakini Yerusalem adalah isu status akhir yang harus dirundingkan oleh para pihak.”
Organisasi HAM PBB di Jenewa mengecam penembakan ke arah demonstran di Gaza.
Ravina Shamdasani, jurubicara Komisaris Tinggi HAM PBB, mengatakan, "Komisaris Tinggi HAM PBB meminta masyarakat internasional untuk memastikan bahwa para korban pelanggaran HAM ini mendapatkan keadilan.”
Sekutu Amerika di NATO, Turki, menyalahkan Amerika Serikat karena berkontribusi terhadap kerusuhan di kawasan.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan, "Fakta bahwa Amerika Serikat, yang mengklaim sebagai mediator untuk memelihara perdamaian di kawasan dan di dunia, punya andil dalam pembantaian ini, sama sekali tidak dapat diterima.”
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyerukan dialog antara Israel dan Palestina. Ia mengemukakan, "Seperti Anda tahu, Rusia telah berulangkali mengusulkan untuk menjadi mimbar bagi dialog seperti itu, Kami kembali mengusulkan mediasi kami.”
Para pemimpin Palestina menyatakan pemindahan kedutaan Amerika telah mematikan proses perdamaian di Timur Tengah. [uh/ab]