YOGYAKARTA —
Beragam topik didiskusikan antara Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O’ Blake, Jr. dengan para mahasiswa di kampus Universitas Gajah Mada Bulaksumur Yogyakarta, di antaranya kerjasama bilateral kedua negara, demokrasi, pluralitas beragama dan toleransi.
Duta Besar Blake yang tiba di Jakarta bulan November 2013 menekankan pentingnya Indonesia dalam hubungan bilateral dengan Amerika Serikat. Tiga bidang yang menjadi prioritas dalam hubungan kedua negara saat ini, menurut Dubes Blake, adalah mendorong kerjasama pada tingkat warga dua negara (people to people), meningkatkan perdagangan dan investasi serta kerjasama terkait perubahan iklim.
”Prioritas ketiga terkait dengan kerjasama penanganan perubahan iklim karena kedua negara merupakan penyumbang terbesar efek rumah kaca. Karena itu Indonesia dan Amerika Serikat banyak bekerjasama terutama dalam pengembangan energy bersih, disamping kerjasama dengan pihak swasta mencegah deforestasi atau penebangan hutan”, kata Dubes Blake.
Menurut Duta Besar Amerika Serikat, perdagangan dan investasi antara kedua negara tahun 2013 lalu mencapai hampir USD 30 miliar dan itu cukup bagus namun masih ada banyak peluang untuk ditingkatkan lagi.
Dikatakan, studi yang dilakukan Kamar Dagang Amerika belum lama ini menunjukkan, berbagai perusahaan Amerika Serikat merupakan investor asing terbesar di Indonesia dalam kurun 8 tahun terakhir dengan nilai investasi mencapai USD 65 miliar.
Untuk kerjasama bidang pendidikan, menurut Dubes Blake, tidak ada target khusus tetapi ia berharap semakin banyak kerjasama antar ilmuwan maupun antar universitas dari 2 negara, dan jumlah mahasiswa Indonesia studi di Amerika Serikat akan terus meningkat.
”Kami tidak ada target, tetapi sebelum krisis ekonomi 1998 terdapat 15 ribu mahasiswa Indonesia belajar di Amerika, dan sekarang jumlahnya dibawah 8 ribu. Karena itu kami berharap jumlah awal tersebut akan kembali secepatnya”, kata Robert O’ Blake, Jr.
Sementara itu, Wakil Rektor UGM Bidang Kerjasama dan Alumni Prof. Dwikorita Karnawati mengatakan, kerjasama pendidikan UGM dengan Amerika Serikat kini lebih banyak dalam bentuk penelitian bersama.
“Kami ada kerjasama riset, kerjasama double-degree ada S1 dan S2. Misalnya dengan Jurusan Teknik Geologi UGM di bidang Petroleum GeoScience, dan Disaster Mitigation (mitigasi bencana). Itu sudah berjalan. Dan banyak mahasiswa Amerika kuliah di sini, sebelumnya diawali dengan ikut KKN (Kuliah Kerja Nyata). Jadi selalu mahasiswa yang datang kesini (UGM) itu diawali dengan ikut KKN selama beberapa minggu lalu mereka selalu tertarik balik lagi untuk mengambil (kuliah) tingkat master,” papar Dwikorita.
Menurut Wakil Rektor UGM, saat ini juga sedang dipersiapkan kerjasama yang dirintis adik presiden Obama, Maya Soetoro yang datang ke UGM Juni 2013 melalui pembentukan konsorsium Asia Pacific Disaster Risk Reduction And Resilience, konsorsium untuk pengurangan akibat bencana di Asia dan Pasifik.
Selain berkunjung ke kampus UGM, Duta Besar Robert O’ Blake, Jr. juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X di Gedong Wilis Kepatihan.
Duta Besar Blake yang tiba di Jakarta bulan November 2013 menekankan pentingnya Indonesia dalam hubungan bilateral dengan Amerika Serikat. Tiga bidang yang menjadi prioritas dalam hubungan kedua negara saat ini, menurut Dubes Blake, adalah mendorong kerjasama pada tingkat warga dua negara (people to people), meningkatkan perdagangan dan investasi serta kerjasama terkait perubahan iklim.
”Prioritas ketiga terkait dengan kerjasama penanganan perubahan iklim karena kedua negara merupakan penyumbang terbesar efek rumah kaca. Karena itu Indonesia dan Amerika Serikat banyak bekerjasama terutama dalam pengembangan energy bersih, disamping kerjasama dengan pihak swasta mencegah deforestasi atau penebangan hutan”, kata Dubes Blake.
Menurut Duta Besar Amerika Serikat, perdagangan dan investasi antara kedua negara tahun 2013 lalu mencapai hampir USD 30 miliar dan itu cukup bagus namun masih ada banyak peluang untuk ditingkatkan lagi.
Dikatakan, studi yang dilakukan Kamar Dagang Amerika belum lama ini menunjukkan, berbagai perusahaan Amerika Serikat merupakan investor asing terbesar di Indonesia dalam kurun 8 tahun terakhir dengan nilai investasi mencapai USD 65 miliar.
Untuk kerjasama bidang pendidikan, menurut Dubes Blake, tidak ada target khusus tetapi ia berharap semakin banyak kerjasama antar ilmuwan maupun antar universitas dari 2 negara, dan jumlah mahasiswa Indonesia studi di Amerika Serikat akan terus meningkat.
”Kami tidak ada target, tetapi sebelum krisis ekonomi 1998 terdapat 15 ribu mahasiswa Indonesia belajar di Amerika, dan sekarang jumlahnya dibawah 8 ribu. Karena itu kami berharap jumlah awal tersebut akan kembali secepatnya”, kata Robert O’ Blake, Jr.
Sementara itu, Wakil Rektor UGM Bidang Kerjasama dan Alumni Prof. Dwikorita Karnawati mengatakan, kerjasama pendidikan UGM dengan Amerika Serikat kini lebih banyak dalam bentuk penelitian bersama.
“Kami ada kerjasama riset, kerjasama double-degree ada S1 dan S2. Misalnya dengan Jurusan Teknik Geologi UGM di bidang Petroleum GeoScience, dan Disaster Mitigation (mitigasi bencana). Itu sudah berjalan. Dan banyak mahasiswa Amerika kuliah di sini, sebelumnya diawali dengan ikut KKN (Kuliah Kerja Nyata). Jadi selalu mahasiswa yang datang kesini (UGM) itu diawali dengan ikut KKN selama beberapa minggu lalu mereka selalu tertarik balik lagi untuk mengambil (kuliah) tingkat master,” papar Dwikorita.
Menurut Wakil Rektor UGM, saat ini juga sedang dipersiapkan kerjasama yang dirintis adik presiden Obama, Maya Soetoro yang datang ke UGM Juni 2013 melalui pembentukan konsorsium Asia Pacific Disaster Risk Reduction And Resilience, konsorsium untuk pengurangan akibat bencana di Asia dan Pasifik.
Selain berkunjung ke kampus UGM, Duta Besar Robert O’ Blake, Jr. juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X di Gedong Wilis Kepatihan.