Rodrigo Duterte telah mengukuhkan gosip bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai wakil presiden tahun depan. Pernyataan yang dikeluarkannya, Rabu (25/8), itu sekaligus menegaskan ketidakpeduliannya atas munculnya tudingan bahwa ia berusaha tetap berkuasa setelah masa jabatan konstitusionalnya berakhir.
Duterte terkenal karena retorika vulgar dan tindakan kerasnya terkait peredaran narkoba, yang sejauh ini telah menewaskan ribuan tersangka pengedar narkoba. Dalam sebuah pernyataannya yang ditayangkan televisi Rabu pagi (25/8), Duterte mengatakan, ia mencalonkan diri sebagai wakil presiden untuk melanjutkan perang sucinya, sebuah pernyataan yang tampaknya lebih merujuk pada upaya kerasnya dalam memberantas narkoba di negara itu.
Filipina sedang kesulitan menghadapi gelombang terbaru pandemi COVID-19, dengan meningkatnya infeksi dan tingkat kematian serta program vaksinasi yang berjalan lambat. Meski demikian, popularitas Duterte tetap tinggi.
Seorang analis politik yang berbasis di Manila mengatakan jajak-jajak pendapat menunjukkan bahwa Duterte dan putrinya, Sara Duterte, sebagai kandidat presiden, merupakan pasangan yang kuat dalam pemilu mendatang. Sara Duterte saat ini menjabat sebagai wali kota Kota Davao.
Berdasarkan konstitusi 1987, presiden Filipina hanya diperkenankan untuk memegang satu masa jabatan tunggal, yakni selama enam tahun.
Ini bukan kali pertama seorang presiden Filipina memegang jabatan publik setelah mengakhiri masa jabatannya. Dua mantan presiden negara itu, Joseph Estrada dan Gloria Macapagal Arroyo, berhasil mencalonkan diri untuk jabatan publik yang lebih rendah, tetapi tidak untuk posisi wakil presiden.
Wakil presiden dipilih secara terpisah dari presiden berdasarkan undang-undang Filipina.
Mereka yang menjabat di posisi tersebut berpotensi didorong ke posisi puncak jika presiden meninggal atau tidak bisa menjalankan fungsinya karena alasan apa pun.
Jika terpilih sebagai wakil presiden, langkah itu akan mengingatkan banyak pihak pada intrik Presiden Rusia Vladimir Putin, yang pernah disebut Duterte sebagai pahlawan favoritnya. Meskipun secara konstitusional dilarang, Putin berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya dengan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga berturut-turut sebagai presiden pada 2008.
Setelah tersiar kabar bahwa Duterte akan mencalonkan diri, Senator oposisi Risa Hontiveros memperingatkan bahwa memilih Duterte sebagai wakil presiden akan berarti kelanjutan dari kebijakan otoriternya. [ab/uh]