Lima puluh orang terkaya di Indonesia meningkatkan kekayaan mereka sekitar US$7 miliar (Rp 94,5 triliun) seiring pulihnya pertumbuhan ekonomi dan pasar saham negara ini, menurut sebuah daftar Forbes yang dirilis Kamis (1/12).
Majalah bisnis itu mengatakan nilai bersih gabungan dari 50 orang terkaya itu telah naik menjadi $99 miliar.
Ada di posisi teratas adalah Budi dan Michael Hartono, dengan kekayaan gabungan $17,1 miliar. Kekayaan kakak beradik itu sebagian didongkrak peningkatan nilai saham mereka di PT Bank Central Asia Tbk, bank terbesar di Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar, kata Forbes.
Meskipun kelas menengah tumbuh, ketimpangan di Indonesia meningkat lebih cepat dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Timur, menurut laporan Bank Dunia pada akhir 2015.
Pria Indonesia terkaya ke delapan dalam daftar Forbes, Tahir, pendiri Mayapada Group, mengatakan peningkatan kekayaan itu mungkin juga karena program amnesti pajak yang bertujuan mendorong orang-orang kaya memindahkan kekayaan mereka di luar negeri, atau mendaftarkannya pada pihak berwenang.
"Kami mendaftarkan semua properti kami di Indonesia dan Singapura," ujar Tahir, yang menurut perkiraan Forbes memiliki nilai $3,1 miliar.
Ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5 persen tahun ini, menurut estimasi Bank Indonesia, naik dari 4,8 persen tahun 2015.
Bursa saham Indonesia mengalami pertumbuhan 13 persen tahun ini, salah satu yang memiliki kinerja terbaik di wilayah ini.
Taipan tembakau Susilo Wonowidjojo juga mencatat nilai bersih yang lebih tinggi karena peningkatan nilai perusahaan rokok keluarganya, PT Gudang Garam.
Hary Tanoesoedibjo, yang mengelola kerajaan media sampai properti, ada di posisi ke-29 dengan estimasi kekayaan $1,15 miliar.
Taipan tersebut merupakan salah satu yang membina hubungan dengan Presiden AS terpilih Donald Trump.
Trump memliki kemitraan dengan Hary, yang mengontrol konglomerasi MNC Group, untuk mengelola hotel-hotel di Bali dan di Bogor.
Para orang kaya Indonesia ini mengalami penurunan kekayaan gabungan sebesar $9 miliar tahun 2015 akibat turunnya harga-harga komoditas dan melemahnya rupiah. [hd]