Perusahaan-perusahaan energi milik negara terus merugi dan mata uang Rusia jatuh ke titik lebih rendah minggu ini setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa mengumumkan sanksi-sanksi baru untuk menghukum sikap agresif Rusia di Ukraina timur.
Sanksi-sanksi tersebut juga dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika.
Meski beberapa khawatir mata uang negara yang lemah dapat mendorong harga-harga yang lebih tinggi, yang lain mengatakan konsumen Rusia, yang cenderung sedikit membeli barang-barang impor, kemungkinan belum merasakan dampaknya.
"Sanksi-sanksi itu berdampak pada perusahaan-perusahaan negara; berdampak pada bank, dan sekarang pada sejumlah besar individu, namun tidak begitu besar dampaknya pada masyarakat umum," ujar Maria Lipman, analis politik di Moscow Carnegie Center.
Bank sentral Rusia mengatakan siap bertindak cepat jika tekanan inflasi meningkat, namun para ahli memperkirakan ekonomi akan terus berdarah-darah. Pukulan terbesar adalah bagi perusahaan energi milik negara. Salah satunya adalah Gazprom, yang baru-baru ini mengalami penurunan keuntungan bersih 41 persen. Analis energi Alexei Kokin menyalahkan penurunan itu pada keputusan Rusia untuk menghentikan penjualan gas alam ke Ukraina.
“Hal itu merupakan sumber ketidakpastian dan secara potensial, pada dasarnya, masalah yang tak bisa dibalikkan untuk Gazprom," ujar Kokin.
Penurunan harga minyak hanya memperburuk masalah, dan menurunkan lebih jauh nilai rubel. Lipman mengatakan ini tren yang mengkhawatirkan bagi perusahaan-perusahaan Barat untuk melakukan bisnis di Rusia.