Tautan-tautan Akses

Eksibisi Baru di Belanda Pelajari Kemerdekaan Indonesia


Museum Rijks, Museum Nasional di Amsterdam dengan menampilkan poster pameran, “Revolusi! Indonesia Merdeka”, Rabu, 9 Februari 2022. (AP/Mike Corder)
Museum Rijks, Museum Nasional di Amsterdam dengan menampilkan poster pameran, “Revolusi! Indonesia Merdeka”, Rabu, 9 Februari 2022. (AP/Mike Corder)

Sebuah pameran baru di museum nasional Belanda memberikan gambaran kasar mengenai perang revolusi kemerdekaan Indonesia setelah Perang Dunia II. “Revolusi! Indonesia Merdeka” merupakan bagian dari kajian museum nasional yang sedang berlangsung mengenai masa lalu kolonial Belanda.

Video pasukan Belanda mengawasi pembakaran rumah-rumah di sebuah desa di Indonesia diputar di salah satu ruangan pameran baru Museum Rijks. Beberapa meter dari situ, baju bayi dari bahan-bahan tak biasa dibentangkan.

Dua unsur penderitaan berbeda ini dipamerkan dalam eksibisi baru museum nasional Belanda bertajuk “Revolusi! Indonesia Merdeka.”

Koleksi yang ditampilkan menawarkan beraneka pandangan mengenai kelahiran Indonesia yang disertai kekerasan, dari sisa-sisa Perang Dunia II dan pemerintahan kolonial selama tiga abad.

Pameran ini merupakan bagian dari kajian museum nasional terhadap masa lalu kolonial Belanda tahun lalu yang menampilkan eksibisi penting mengenai peran negara tersebut dalam perdagangan budak global.

Direktur Museum Rijks, Taco Dibbits, mengemukakan,"Well, kalau Anda melihat sistem pendidikan Belanda, kemerdekaan Indonesia digambarkan dari perspektif Belanda. Kami merasa penting sekali untuk terus memperluas sejarah kami dan mengundang dua kurator Indonesia, dua kurator Belanda untuk membuat eksibisi bersama. Karena ini adalah momen yang penting bagi Belanda dan 300 tahun ekonominya. Ini jelas penting bagi Indonesia karena ini mengenai perjuangan kemerdekaan mereka, tetapi ini juga momen yang penting secara internasional. Indonesia sekarang adalah negara dengan lebih dari 270 juta penduduk.”

Salah seorang kurator Indonesia, sejarawan Bonnie Triyana, memicu kontroversi bulan lalu sewaktu ia mengkritik penggunaan kata “bersiap” dalam pameran itu.

“Jika kita menggunakan istilah ‘bersiap’ secara umum untuk mengacu pada kekerasan terhadap Belanda selama revolusi, ini berkonotasi sangat rasis,” tulisnya di surat kabar Belanda NRC Handelsblad.

Kata ini kerap digunakan di Belanda untuk mengacu pada kekerasan oleh orang Indonesia pada awal perang revolusi kemerdekaan tidak lama setelah Perang Dunia II berakhir.

Satu kelompok bahkan melangkah lebih jauh dengan mengadukan ke polisi dan jaksa mengenai penggunaan istilah itu, dengan mengatakan museum “secara sadar menggunakan istilah yang menstigmatisasi orang Indonesia dengan cara kolonial.”

"Kami ingin menggunakan kata itu. Yang saya ingin lakukan adalah memberikan penjelasan kontekstualnya. Untuk membuat orang memahami arti kata itu, setidaknya melalui perspektif saya, sebagai sejarawan Indonesia,” jelasnya.

Eksibisi Baru di Belanda Pelajari Kemerdekaan Indonesia
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:55 0:00

Dibbits memahami kemarahan mengenai istilah yang digunakan untuk menggambarkan satu bagian penderitaan yang disebabkan oleh konflik."Sangat dapat dipahami mengenai pembahasan ini. Menurut saya penting sekali ada diskusi mengenai penggunaan kata-kata atau istilah ini, karena bagi banyak orang, yang sangat menderita adalah anak cucu mereka.”

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, mengakhiri dominasi Jepang pada Perang Dunia II selain 350 tahun masa penjajahan Belanda. Belanda berjuang keras untuk mempertahankan kontrolnya selama empat tahun sebelum mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.

Para pemimpin Belanda telah membahas laporan luas mengenai kekerasan berlebihan yang dilakukan tentara Belanda semasa perang kemerdekaan.

Dalam kunjungannya ke Indonesia tahun 2020, Raja Willem-Alexander meminta maaf atas “kekerasan berlebihan Belanda” selama perang kemerdekaan.

Sebuah proyek riset independen penting mengenai kekerasan itu dijadwalkan menyampaikan temuan-temuannya akhir bulan ini.

Remco Raben, profesor sejarah di University of Amsterdam, mengatakan, pendekatan yang digunakan dalam pameran ini merupakan terobosan. “Ini untuk pertama kalinya revolusi Indonesia dikemukakan kepada publik Belanda sebagai bagian dari revolusi Indonesia dan bukan hanya sebagai pengalaman Belanda dalam perang dekolonisasi di Indonesia,” jelasnya. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG