Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyuarakan dukungan kuat untuk Hamas dalam perangnya melawan Israel. Ia menyebut Hamas sebagai gerakan pembebasan.
Namun pada waktu yang sama, para pengamat mengatakan, Turki tetap menjadi jalur transit energi penting bagi Israel. Kesenjangan antara retorika dan tindakan ini adalah bagian dari apa yang menurut para pengamat merupakan upaya Turki untuk memainkan peran diplomatik dalam konflik itu.
Dalam kunjungannya ke Ankara bulan ini, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian meminta negara-negara yang mengirim minyak ke Israel agar memutus pasokan mereka sebagai tanggapan atas serangan Israel ke Gaza.
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan mengabaikan seruan itu, kata para analis, karena Turki tetap menjadi negara transit utama minyak untuk Israel melalui pelabuhan Ceyhan di Turki.
Mehmet Ogutcu adalah analis di London Energy Club, sebuah kelompok pemimpin pemerintahan dan sektor energi.
Ia mengatakan, “Angka terbaru menunjukkan bahwa Azerbaijan menyediakan sekitar 40% kebutuhan minyak Israel. Minyak ini tiba di Ceyhan, dan kemudian dari Ceyhan dikirim ke pelabuhan Israel, lalu dipindahkan ke salah satu kilang.”
Meskipun Erdogan meningkatkan retorikanya terhadap Israel dan menyebut Hamas sebagai gerakan pembebasan, aliran minyak melalui Turki ke Israel berlanjut. [ps/ka]
Forum