Uni Eropa didesak untuk menjadi lebih terlibat secara militer di wilayah Sahel, Afrika, di tengah kemungkinan penarikan pasukan Amerika dan pemberontakan Muslim yang tumbuh cepat.
Imbas meningkatnya kerusuhan di gurun Sahara mengancam lebih jauh ke sub-Sahara Afrika. Selain itu juga berpotensi mengekspor ketidakstabilan dan migrasi melintasi Laut Tengah yang menjadikan alasan kuat bagi Eropa untuk bertindak lebih. Demikian pesan dari Prancis, Amerika dan badan eksekutif Uni Eropa sendiri.
Belum jelas apakah negara-negara anggota Uni Eropa memiliki keinginan untuk lebih banyak mengambil tindakan militer. Dan kebijakan Uni Eropa saat ini di kawasan itu, menurut kalangan analis, tampaknya tidak jelas.
Strategi Eropa yang kohesif di Sahel akan diuji bulan depan, dalam pertemuan di Brussels yang akan melibatkan lima negara Afrika yang paling terimbas konflik -yang dikenal sebagai G5 Sahel- dan para pemimpin Uni Eropa.
Menambah tekanan, kemungkinan Amerika akan mengurangi pasukannya di Afrika -bersama laporan pemerintah yang baru dirilis yang menggambarkan perubahan strategi Amerika dari mengurangi menjadi mengatasi ancaman bersenjata di Sahel.
G5 Sahel terdiri dari Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, dan Niger. [ka/pp]