Laporan pendahuluan tentang kecelakaan pesawat Boeing 737 max-8 di Ethiopia telah dirilis di Addis Ababa, Kamis (4/4).
Laporan itu mengatakan, kedua pilot dalam pesawat yang jatuh itu telah melakukan semua prosedur keadaan darurat yang diperlukan, tapi tidak berhasil menyelamatkan pesawat tidak lama setelah tinggal landas dan menewaskan ke-157 penumpang dan awaknya.
Menteri Transportasi Ethiopia Dagmawit Moges mengungkapkan hasil awal penyelidikan tentang kecelakaan itu, yang diperoleh dari kotak hitam pencatat data penerbangan dan cockpit voice recorder. Menurut Moges, penyelidikan itu menunjukkan kecelakaan tidak disebabkan oleh kesalahan awak pesawat.
“Kami telah menemukan fakta ini. Pertama, pesawat itu punya sertifikat layak terbang. Yang kedua, para awaknya punya izin dan kualifikasi untuk melakukan penerbangan itu. Ketiga, proses tinggal landas berlangsung normal, dan keempat, kru pesawat telah melakukan semua prosedur yang ditentukan pembuat pesawat, tapi mereka tidak berhasil menguasai pesawat itu,” ungkapnya.
Komite yang dibentuk untuk menyelidiki kecelakaan itu terdiri dari wakil-wakil badan keamanan transportasi Amerika, atau FAA, badan penerbangan sipil Ethiopia, badan penyelidik keamanan penerbangan sipil Perancis, badan keamanan penerbangan Uni Eropa dan Ethiopian Airlines.
Kata pejabat Ethiopian Airlines hari Kamis, awak pesawat telah melakukan semua prosedur emergency yang ditentukan Boeing dan disetujui oleh FAA.
Kata Menteri Transportasi Ethiopia Dagmawit Moges, penyelidikan menunjukkan adanya kesalahan pada pesawat, yang mengakibatkan pesawat menukik dan jatuh. Pejabat Ethiopia itu mengatakan Boeing harus memeriksa sistem otomatis penerbangan pesawat itu, yang terkait dengan kecelakaan tadi.
Tahun lalu, bulan Oktober, sebuah pesawat Boeing 737 max-8 juga jatuh di Laut Jawa. Kedua kecelakaan itu tampaknya terkait dengan sistem kontrol penerbangan yang dipasang pada pesawat seri Max 8 itu. (ii)