Saptuari Sugiharto sehari-harinya adalah seorang pengusaha muda sukses di bidang cetak digital. Sehari setelah Gunung Merapi meletus tanggal 26 Oktober lalu, di ruang kerjanya Saptuari diam memandang layar komputer sambil memikirkan, apa yang bisa dia lakukan.
Situs jejaring social Facebook dan Twitter yang tiap hari menjadi wadahnya bersosialisasi di dunia maya, tiba-tiba memberinya ide untuk bergerak. Memuat status di Facebook atau nge-tweet di Twitter, Saptuari mulai bercerita tentang dahsyatnya dampak letusan Merapi tahun ini. Hatinya tergerak dan status Facebook atau Twitter-nya mulai berubah menjadi ajakan kepada teman-teman atau follower-nya untuk ikut berbagi. Awalnya dia berharap bisa mengumpulkan uang 1 atau 2 juta rupiah dan sejumlah barang. Luar biasa, dalam waktu dua minggu, halaman Facebook dan Twitter-nya telah menghasilkan uang lebih dari Rp 170 juta.
“Saya juga tidak menyangka ternyata respon dari kawan-kawan melalui Facebook dan Twitter begitu luar biasa. Karena itulah kami mencoba transparan dalam melaporkan semua sumbangan, sehingga semua penyumbang mengetahui bahwa sumbangannya telah kami sampaikan kepada korban bencana Merapi,” kata Saptuari Sugiharto.
Saptuari memindai seluruh kuitansi belanja dan memotret proses pengiriman barang bantuan kepada korban. Semua teman Facebook atau follower di Twitter-nya bisa mengakses halaman khusus, yang memang dibuat Saptuari untuk transparansi bantuan itu. Mekanisme terbuka inilah yang membuat donatur percaya, disamping tentu saja mengetahui akuntabilitas Saptuari sebagai seorang pengusaha muda ternama.
Revolusi cara pengumpulan dana bantuan juga dimanfaatkan oleh Alfia Innayati. Bersama sejumlah kawan, dia membuat grup di Facebook bernama Komisi Pemuda Keparakan Peduli Merapi. Anak-anak muda ini mengumpulkan dana dan bantuan logistik dari kawan sekolah dan rekan kerja yang terhubung mudah melalui jaringan Facebook. Bantuan bahkan datang dari seorang warga Belanda, yang mengirimkan uang 150 Euro untuk dua bayi kembar yang turut menjadi korban bencana Merapi.
"Kami menerima semua sumbangan dengan tangan terbuka, banyak yang meminta maaf karena belum bisa membantu secara maksimal, padahal selalu kami tekankan bahwa yang penting adalah niat dan keikhlasan menyumbang, bukan jumlahnya,” ujar Alfia Innayati.
Ada pula grup bernama Informasi Merapi Up To Date yang dikelola oleh seseorang yang mengaku bernama Gorry. Meskipun tidak jelas siapa orang ini, tetapi lebih dari 66 ribu orang telah menjadi anggota grup ini. Gorry selaku admin grup memberikan informasi terkini kondisi Gunung Merapi berdasarkan pengamatan visual dari sejumlah lokasi yang dekat dengan puncak.
Facebook dan Twitter telah merubah cara manusia untuk saling berhubungan dan kemudian memanfaatkannya bahkan dalam kondisi bencana. Halaman situs jejaring sosial ini juga menjadi arena berbagi informasi mengenai posko pengungsi, daftar kebutuhan logistik, jumlah pengungsi, sampai berbagi cerita. Facebook dan Twitter telah merubah cara manusia menyikapi bencana.