Para pemimpin gerakan yang bersaing di Palestina, Fatah dan Hamas telah mengumumkan langkah besar untuk mengakhiri perpecahan mereka yang pahit dan sepakat untuk membentuk pemerintah persatuan sementara yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Abbas dan Khaled Meshaal, pemimpin militan Hamas, Senin mengatakan kedua kelompok akan bergerak maju tanpa penundaan untuk membentuk sebuah pemerintahan teknokrat independen, membuka jalan bagi kemungkinan pemilihan presiden dan parlemen pada akhir tahun ini. Jadwal khusus belum ditentukan.
Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani, yang mensponsori pembicaraan, duduk di antara para pemimpin Palestina yang berseteru itu saat mereka mengumumkan kesepakatan tadi di Doha.
Fatah dan Hamas telah mencapai kesepakatan rekonsiliasi tahun lalu tetapi tidak dapat menyetujui calon perdana menteri. Perdana menteri Palestina saat ini, yang didukung Barat Salam Fayyad, harus mengundurkan diri jika pemerintah transisi dibentuk. Fayyad mengatakan ia menyambut perjanjian tersebut dan siap untuk menerapkannya, seperti juga Ismail Haniyeh, perdana menteri Hamas di Gaza.
Kedua belah pihak mengatakan mereka serius melaksanakan kesepakatan baru. Menurut Meshal, perjanjian itu menciptakan kesatuan yang lebih besar "untuk dengan bebas menghadapi musuh." Ia mengacu pada Israel.