Kurang dari sehari sebelum sidang yang mendapat liputan luas dilaksanakan, di tengah kebuntuan hukum antara perusahaan Apple dan FBI, pengacara Departemen Kehakiman Senin (21/3) malam, berhasil meyakinkan seorang hakim federal untuk membatalkan sidang dan menerbitkan sebuah penundaan sementara untuk kasus itu.
Dalam perintah sebelumnya dari Hakim Distrik AS, Sheri Pym, insinyur di perusahaan Apple diperintahkan untuk membuat perangkat lunak khusus untuk membantu analis FBI membuka iPhone yang digunakan oleh Syed Farook, salah satu dari dua penembak dalam serangan teror di San Bernardino bulan Desember lalu.
Sejak awal, FBI mengatakan pihaknya tidak bisa mengatasi fitur keamanan telepon itu dan memerlukan bantuan Apple untuk menyelidiki iPhone itu.
Tapi, dalam sebuah mosi kepada Hakim Pym, Jaksa Eileen Decker mengatakan, akhir pekan lalu "pihak luar memperagakan kepada FBI metode yang mampu membuka iPhone Farook."
Pym untuk sementara menunda perintahnya, dan memberi waktu kepada FBI sampai tanggal 5 April, saat FBI harus menyerahkan laporan status dari kasus tersebut.
Langkah mendadak itu menimbulkan pertanyaan bukan hanya tentang kasus ini, tetapi juga tentang kemampuan teknis FBI, serta upaya pemerintah yang lebih besar untuk membatasi enkripsi atas perangkat pribadi.
FBI tidak mengatakan siapa pihak ketiga itu atau teknik apa yang mereka usulkan untuk mengatasi fungsi penghapusan otomatis di iPhone itu, yang secara permanen akan menghapus semua data pada ponsel setelah terjadi 10 kali upaya menebak password yang salah.
Pihak Apple belum membuat pernyataan publik mengenai permintaan pihak FBI itu. Sebaliknya perusahaan membatasi komentarnya dengan memperkenalkan model iPad dan iPhone baru minggu ini.
Sejumlah analis forensik digital telah mengusulkan berbagai metode beberapa minggu terakhir, termasuk duplikas memori flash atau rekayasa balik dari sirkuit internal iPhone. Tak satu pun dari teknik ini terbukti efektif. [ps/jm]