Tiga puluh anggota Biro Penyelidik Federal (FBI) hingga kini masih menyelidiki penyebab kebakaran masjid di pinggiran kota Missouri Senin dini hari. Baik FBI maupun pengelola masjid itu tidak mau berspekulasi tentang penyebab kebakaran, meski sebulan lalu sempat terjadi upaya pembakaran.
Hampir tak ada yang tersisa dari Islamic Society of Joplin di negara bagian Missouri, yang habis terbakar Senin (6/8) dini hari. Hingga berita ini diturunkan polisi belum menetapkan penyebab kebakaran, meskipun satu bulan sebelumnya telah ada upaya pembakaran. Tiga puluh anggota Biro Penyelidik Federal FBI yang diturunkan ke lokasi masih melakukan pemeriksaan di masjid yang dibangun pada tahun 2007 ini. Kepala FBI Kansas City Michael Kaste menjelaskan hal tersebut.
“Kami melihat kasus ini sebagai kebakaran atas tempat ibadah, maksud saya, tempat-tempat ibadah adalah suci, dan kami mengira seseorang mungkin melakukan tindakan-tindakan tercela ini. Oleh karena itu, kami menurunkan sejumlah petugas disini untuk berupaya menemukan petunjuk apapun yang akan membantu kami menentukan penyebab kebakaran tersebut,” ujar Michael Kaste.
Imam Lahmuddin, pemimpin masjid asal Indonesia yang diwawancarai melalui telepon oleh VOA mengatakan meski sebulan lalu sempat terjadi upaya pembakaran, namun pihaknya dan polisi sama-sama tidak mau berspekulasi tentang penyebab kebakaran masjid yang mayoritas jamaahnya berasal dari Pakistan dan Indonesia ini.
“Itu masih dalam proses penyelidikan, bisa ada hubungan dan bisa juga tidak. Saya tidak berani berspekulasi. Karena dalam insiden kali ini, semua barang terbakar dan tidak ada barang bukti sedikit pun. Kalau yang dulu kami punya rekaman CCTV dan wajah orang yang mencoba membakar terekam di kamera, jadi kami bisa langsung mengatakan “ini orang yang mencoba membakar masjid”. Tapi sekarang ini kami tidak punya bukti seperti itu dan kami tidak berani berspekulasi”. Jadi dalam kebakaran kali ini semua habis tak bersisa? “Iya! Semua habis terbakar. Barang-barang di dalam masjid, ruang sholat dan kantor saya – tempat menyimpan dokumen-dokumen masjid, semua habis,” papar Imam Lahmuddin.
Imam Lahmuddin mendapat kabar tentang kebakaran itu dari kantor Sherrif setempat menjelang sahur Senin dini hari. Ia sangat terkejut setibanya di lokasi, masjid yang dikelolanya sudah habis tak tersisa. Warga yang tinggal di sekitar lokasi berusaha memadamkan api sebisanya, tapi mereka gagal.
Imam Lahmuddin menambahkan, “Saya mendapat telepon jam 03.50 pagi dari kantor Sherrif. Tapi karena telfon tidak berdering jadi saya tidak sempat ambil. Begitu tahu, saya telfon balik ternyata dari kantor Sherrif. Begitu tahu dari kantor Sherrif saya punya perasaan ada sesuatu dengan masjid. Saya langsung keluar rumah, jalan menuju masjid. Dari jauh saya sudah lihat asap berkepul dari lokasi masjid. Saya masih berharap itu bukan dari masjid. Tapi… ah… setelah sampai di tempat, api memang sudah membubung tinggi dan semua atap sudah ditutupi api. Tak lama atapnya runtuh ke dalam bangunan masjid dan semua yang ada di dalam masjid terbakar.”
Satu hal yang mengobati kesedihannya kini adalah begitu banyak simpati yang ditujukan kepadanya. Tidak saja dari sesama pemimpin komunitas Muslim di Amerika, tetapi juga dari pemimpin gereja dan sinagog dari negara bagian Missouri dan Kansas City. Mereka bahkan menawarkan tempat agar bisa kembali melakukan aktivitas ibadah khususnya di bulan Ramadan ini.
“Banyak masjid menyatakan simpati, juga teman-teman non Muslim, teman-teman gereja dan sinagog menawarkan kami untuk menggunakan fasilitas mereka sehingga bisa tetap menjalankan aktivitas keagamaan kami,” ungkap Imam Lahmuddin.
Ketika ditanya apakah dari teman-teman sesama pemimpin ummat dari gereja dan sinagog ada yang menawarkan bantuan tempat untuk beribadah, Imam Lahmuddin mengatakan, "Tidak banyak. Tapi ada tiga pemimpin gereja yang menawarkan tempat dan satu teman, imam masjid dari (negara bagian) Kansas yang berbatasan dengan Missouri.”
Dewan hubungan Amerika Islam atau Council on American-Islamic Relation (CAIR) hari Senin menawarkan 10.000 dolar atau sekitar 90 juta rupiah bagi siapapun yang bisa memberi informasi guna membantu penyelidikan atas tragedi di masjid di Joplin, Missouri ini. Nihad Awad, Direktur Eksekutif CAIR juga mengimbau umat Muslim untuk tetap waspada.
Lebih jauh, CAIR juga mendesak aparat untuk meningkatkan keamanan di tempat-tempat ibadah, khususnya di masjid dan kuil. Terlebih mengingat insiden kebakaran ini hanya berselang satu hari dari insiden penembakan di kuil Sikh di Wisconsin, yang menewaskan tujuh orang termasuk pelakunya.
Hampir tak ada yang tersisa dari Islamic Society of Joplin di negara bagian Missouri, yang habis terbakar Senin (6/8) dini hari. Hingga berita ini diturunkan polisi belum menetapkan penyebab kebakaran, meskipun satu bulan sebelumnya telah ada upaya pembakaran. Tiga puluh anggota Biro Penyelidik Federal FBI yang diturunkan ke lokasi masih melakukan pemeriksaan di masjid yang dibangun pada tahun 2007 ini. Kepala FBI Kansas City Michael Kaste menjelaskan hal tersebut.
“Kami melihat kasus ini sebagai kebakaran atas tempat ibadah, maksud saya, tempat-tempat ibadah adalah suci, dan kami mengira seseorang mungkin melakukan tindakan-tindakan tercela ini. Oleh karena itu, kami menurunkan sejumlah petugas disini untuk berupaya menemukan petunjuk apapun yang akan membantu kami menentukan penyebab kebakaran tersebut,” ujar Michael Kaste.
Imam Lahmuddin, pemimpin masjid asal Indonesia yang diwawancarai melalui telepon oleh VOA mengatakan meski sebulan lalu sempat terjadi upaya pembakaran, namun pihaknya dan polisi sama-sama tidak mau berspekulasi tentang penyebab kebakaran masjid yang mayoritas jamaahnya berasal dari Pakistan dan Indonesia ini.
“Itu masih dalam proses penyelidikan, bisa ada hubungan dan bisa juga tidak. Saya tidak berani berspekulasi. Karena dalam insiden kali ini, semua barang terbakar dan tidak ada barang bukti sedikit pun. Kalau yang dulu kami punya rekaman CCTV dan wajah orang yang mencoba membakar terekam di kamera, jadi kami bisa langsung mengatakan “ini orang yang mencoba membakar masjid”. Tapi sekarang ini kami tidak punya bukti seperti itu dan kami tidak berani berspekulasi”. Jadi dalam kebakaran kali ini semua habis tak bersisa? “Iya! Semua habis terbakar. Barang-barang di dalam masjid, ruang sholat dan kantor saya – tempat menyimpan dokumen-dokumen masjid, semua habis,” papar Imam Lahmuddin.
Imam Lahmuddin mendapat kabar tentang kebakaran itu dari kantor Sherrif setempat menjelang sahur Senin dini hari. Ia sangat terkejut setibanya di lokasi, masjid yang dikelolanya sudah habis tak tersisa. Warga yang tinggal di sekitar lokasi berusaha memadamkan api sebisanya, tapi mereka gagal.
Imam Lahmuddin menambahkan, “Saya mendapat telepon jam 03.50 pagi dari kantor Sherrif. Tapi karena telfon tidak berdering jadi saya tidak sempat ambil. Begitu tahu, saya telfon balik ternyata dari kantor Sherrif. Begitu tahu dari kantor Sherrif saya punya perasaan ada sesuatu dengan masjid. Saya langsung keluar rumah, jalan menuju masjid. Dari jauh saya sudah lihat asap berkepul dari lokasi masjid. Saya masih berharap itu bukan dari masjid. Tapi… ah… setelah sampai di tempat, api memang sudah membubung tinggi dan semua atap sudah ditutupi api. Tak lama atapnya runtuh ke dalam bangunan masjid dan semua yang ada di dalam masjid terbakar.”
Satu hal yang mengobati kesedihannya kini adalah begitu banyak simpati yang ditujukan kepadanya. Tidak saja dari sesama pemimpin komunitas Muslim di Amerika, tetapi juga dari pemimpin gereja dan sinagog dari negara bagian Missouri dan Kansas City. Mereka bahkan menawarkan tempat agar bisa kembali melakukan aktivitas ibadah khususnya di bulan Ramadan ini.
“Banyak masjid menyatakan simpati, juga teman-teman non Muslim, teman-teman gereja dan sinagog menawarkan kami untuk menggunakan fasilitas mereka sehingga bisa tetap menjalankan aktivitas keagamaan kami,” ungkap Imam Lahmuddin.
Ketika ditanya apakah dari teman-teman sesama pemimpin ummat dari gereja dan sinagog ada yang menawarkan bantuan tempat untuk beribadah, Imam Lahmuddin mengatakan, "Tidak banyak. Tapi ada tiga pemimpin gereja yang menawarkan tempat dan satu teman, imam masjid dari (negara bagian) Kansas yang berbatasan dengan Missouri.”
Dewan hubungan Amerika Islam atau Council on American-Islamic Relation (CAIR) hari Senin menawarkan 10.000 dolar atau sekitar 90 juta rupiah bagi siapapun yang bisa memberi informasi guna membantu penyelidikan atas tragedi di masjid di Joplin, Missouri ini. Nihad Awad, Direktur Eksekutif CAIR juga mengimbau umat Muslim untuk tetap waspada.
Lebih jauh, CAIR juga mendesak aparat untuk meningkatkan keamanan di tempat-tempat ibadah, khususnya di masjid dan kuil. Terlebih mengingat insiden kebakaran ini hanya berselang satu hari dari insiden penembakan di kuil Sikh di Wisconsin, yang menewaskan tujuh orang termasuk pelakunya.