Komunitas Islam Philadelphia baru-baru ini mengadakan The Islamic Heritage Festival and Parade ke-23 yang penuh dengan hiburan dan perayaan budaya dan diramaikan dengan bazaar yang menjual berbagai barang.
Nuansa Islami langsung terasa ketika memasuki arena The Islamic Heritage Festival. Hampir semua perempuan dewasa mengenakan pakaian Muslim, bahkan ada beberapa yang mengenakan cadar.
Barang-barang yang dijual di puluhan lapak yang ada di festival ini sebagian besar menjual pakaian dan perhiasan untuk Muslimah. Selain itu ada juga yang menjual kaligrafi dan pesan-pesan Islami serta parfum dari Dubai.
Seorang penyanyi hip-hop turut beraksi di panggung hiburan yang disediakan dengan lirik-lirik lagu yang mengajak pengunjung untuk bangga menjadi Muslim Amerika.
Selain ramai dengan lapak yang menjual berbagai barang, ada juga beberapa lapak yang menyampaikan pesan-pesan tentang Islam.
Di sebuah lapak yang ditandai dengan spanduk bertuliskan ‘Islam agama damai,’ seorang tokoh Muslim Philadephia, Mujeebullah Chaudary berusaha menyebarkan pesan bahwa Islam adalah agama yang cinta damai. Ia juga menyampaikan kiat menjadi Muslim yang baik di Amerika.
“Dalam Al Quran, kita diperintahkan untuk menuruti perintah Allah, nabi-nabinya dan orang yang berotoritas. Ini adalah otoritas Amerika Serikat, kami harus menurutinya. Hanya ketika pemerintah menghentikan kita dari beribadah kepada Allah, ketika itulah kita tidak perlu menurutinya,” jelasnya.
Di salah satu lapak lain, FeedPhilly menyebarkan informasi tentang kegiatan amal yang mereka lakukan, yaitu memberikan makanan gratis kepada warga miskin di Philadelphia. Makanan gratis ini tidak hanya dibagikan pada warga Muslim, tapi juga warga non-Muslim.
“Kegiatan amal adalah sebuah kewajiban dalam Islam, termasuk memberikan sedekah kepada siapapun yang membutuhkan, tanpa memandang agama mereka. Jadi apa yang kami lakukan tidak terbatas untuk umat Muslim saja, kami berbagi makanan dengan semua orang,” kata Aminah, seorang aktivis dari FeedPhilly.
Meskipun masih didominiasi warga Muslim kulit hitam, beberapa tahun belakangan pengunjung dan peserta festival semakin beragam, termasuk warga Indonesia yang bermukim di Philadelphia.
Di sebuah tenda hitam Heri Kusrianto, seorang warga Indonesia, mempromosikan dialog lintas agama.
“Organisasi kami sudah 10 tahun di Philadelphia. Misi dan tujuan kami adalah untuk menjembatani semua ragam agama untuk saling berdiskusi, saling ngumpul, saling berdialog,” katanya.
Menurut pendiri festival, Abdul Rahman Muhammad, acara yang bermoto kesatuan dalam keberagaman ini membuktikan bahwa Muslim merupakan bagian dari kehidupan Amerika yang harus diterima keberadaannya.