Di Anchorage, kota terbesar negara bagian Alaska, matahari bersinar hampir 20 jam sehari selama musim panas. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi warga Muslim Alaska dalam menjalankan ibadah puasa.
Sebagian dari mereka adalah kaum imigran yang sudah terbiasa dengan perputaran matahari dengan siklus yang relatif sama sepanjang tahun. Oleh karena itu banyak dari mereka yang mengikuti jadwal puasa waktu Mekkah yakni Imsak sekitar jam 4 pagi dan berbuka sekitar pukul 7 malam.
Jadwal ini sesuai keputusan Dewan Masjid Alaska mengikuti fatwa Dar al-Ifta al Misriyyah, lembaga hukum Islam yang berpusat di Kairo. Fatwa ini diterbitkan tahun 2009 setelah melewati pengkajian yang panjang.
Menurut Osama Obeidi, imam masjid Alaska, sebelum ada fatwa khusus, mereka mengikuti jadwal puasa sesuai waktu Alaska.
Alaska disebut sebagai Land of the Midnight Sun, karena matahari masih bersinar terang walaupun waktu sudah menunjukkan waktu tengah malam.
Bagi umat Muslim yang menjalankan puasa, jarak waktu antara berbuka dan sahur hanya 3 jam dan waktu puasa mencapai 20 jam. Sebagian Muslim termasuk pasangan Raheel dan Shazia, yang merupakan pemilik restoran, mengikuti waktu berpuasa ini. Walaupun berpuasa selama 20 jam, mereka tetap bekerja.
Namun mereka mengaku perbedaan jadwal puasa tidak mengurangi persatuan komunitas Muslim Alaska.
Osama mengatakan, “Kalau mereka bisa mengikuti jadwal puasa setempat, mengapa tidak? Kami tetap mengikuti jadwal puasa Mekkah. Di Alaska ini umat Islam berasal dari berbagai negara tapi kita semua satu umat.”
Bagi Muslim belahan bumi utara yang mengikuti jadwal Mekkah, di musim apapun jatuhnya bulan Ramadan, mereka akan berpuasa sekitar 15 jam sehari. Sementara Muslim yang mengikuti jadwal puasa waktu setempat, berpuasa 20 jam atau lebih di musim panas, namun hanya 5 jam di musim dingin.