Indonesia mendapat kecaman dari serikat pemain sepakbola dunia FIFPro yang menyatakan pada Rabu (13/3) bahwa tidak ada yang berubah di negara ini sejak kematian pemain Paraguay Diego Mendieta, yang terkena infeksi virus yang seharusnya dapat disembuhkan pada Desember lalu.
“Selama lebih dari dua tahun, kekisruhan besar telah menguasai dunia sepakbola profesional Indonesia. Ada dua asosiasi sepakbola yang bermusuhan, dua liga profesional dan bahkan ada dua tim nasional,” ujar FIFPro dalam pernyataan tertulis, yang dapat dilihat di situs mereka www.fifpro.org.
“Di atas itu semua, ada sejumlah besar pemain sepakbola profesional yang tidak menerima gaji dari klub mereka selama berbulan-bulan.”
FIFPro menyatakan telah menulis surat kepada presiden federasi asosiasi sepakbola international (FIFA) Sepp Blatter “untuk memperlihatkan keprihatinan Serikat Pemain Dunia dan untuk membantu janda mendiang Diego Mendieta.”
Mendieta, 32, yang telah menikah dan memiliki dua anak, meninggal di rumah sakit pada Desember. Ia ingin pulang ke rumah namun tidak bisa karena gajinya selama empat bulan belum dibayarkan oleh klub Persis Solo.
Pada Januari, FIFPro mengatakan penyerang asal Perancis, Moukwelle Ebanga Sylvain, yang bermain untuk klub Liga Premier Indonesia Persewangi Banyuwangi, juga belum dibayar gajinya selama sembilan bulan dan jatuh sakit karena tipus dan stres. Kesehatannya kemudian pulih.
“Sekarang sudah Maret dan belum ada yang berubah di Indonesia. Para klub masih mengabaikan pembayaran pemain dan klub Persis Solo bahkan belum dihukum,” tulis FIFPro.
“FIFPro mendesak FIFA dan presiden Blatter untuk mengintervensi dengan tegas di Indonesia. Harus berapa lama orang menunggu? Apakah harus ada pemain yang meninggal lagi sebelum ada perbaikan?”
Dunia sepakbola Indonesia kisruh karena perkelahian antara Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI), yang berakibat adanya dua liga domestik dan dua tim nasional.
FIFA telah lama mengancam Indonesia dengan hukuman dan skors jika semua persoalan tidak diatasi, dengan tenggat waktu yang diperpanjang sampai 20 Maret.
Fraksi-fraksi yang bertarung telah sepakat untuk mengadakan kongres gabungan yang diminta FIFA di Jakarta pada 17 Maret untuk maju sebagai satu kesatuan.
Tim Indonesia secara memalukan tampil buruk pada babak kualifikasi Piala Dunia 2014, dengan kalah dalam keenam pertandingan di putaran ketiga Grup E untuk wilayah Asia. Hasilnya termasuk kekalahan 4-0 dari Qatar dan 10-0 dari Bahrain. (Reuters/Brian Homewood)
“Selama lebih dari dua tahun, kekisruhan besar telah menguasai dunia sepakbola profesional Indonesia. Ada dua asosiasi sepakbola yang bermusuhan, dua liga profesional dan bahkan ada dua tim nasional,” ujar FIFPro dalam pernyataan tertulis, yang dapat dilihat di situs mereka www.fifpro.org.
“Di atas itu semua, ada sejumlah besar pemain sepakbola profesional yang tidak menerima gaji dari klub mereka selama berbulan-bulan.”
FIFPro menyatakan telah menulis surat kepada presiden federasi asosiasi sepakbola international (FIFA) Sepp Blatter “untuk memperlihatkan keprihatinan Serikat Pemain Dunia dan untuk membantu janda mendiang Diego Mendieta.”
Mendieta, 32, yang telah menikah dan memiliki dua anak, meninggal di rumah sakit pada Desember. Ia ingin pulang ke rumah namun tidak bisa karena gajinya selama empat bulan belum dibayarkan oleh klub Persis Solo.
Pada Januari, FIFPro mengatakan penyerang asal Perancis, Moukwelle Ebanga Sylvain, yang bermain untuk klub Liga Premier Indonesia Persewangi Banyuwangi, juga belum dibayar gajinya selama sembilan bulan dan jatuh sakit karena tipus dan stres. Kesehatannya kemudian pulih.
“Sekarang sudah Maret dan belum ada yang berubah di Indonesia. Para klub masih mengabaikan pembayaran pemain dan klub Persis Solo bahkan belum dihukum,” tulis FIFPro.
“FIFPro mendesak FIFA dan presiden Blatter untuk mengintervensi dengan tegas di Indonesia. Harus berapa lama orang menunggu? Apakah harus ada pemain yang meninggal lagi sebelum ada perbaikan?”
Dunia sepakbola Indonesia kisruh karena perkelahian antara Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI), yang berakibat adanya dua liga domestik dan dua tim nasional.
FIFA telah lama mengancam Indonesia dengan hukuman dan skors jika semua persoalan tidak diatasi, dengan tenggat waktu yang diperpanjang sampai 20 Maret.
Fraksi-fraksi yang bertarung telah sepakat untuk mengadakan kongres gabungan yang diminta FIFA di Jakarta pada 17 Maret untuk maju sebagai satu kesatuan.
Tim Indonesia secara memalukan tampil buruk pada babak kualifikasi Piala Dunia 2014, dengan kalah dalam keenam pertandingan di putaran ketiga Grup E untuk wilayah Asia. Hasilnya termasuk kekalahan 4-0 dari Qatar dan 10-0 dari Bahrain. (Reuters/Brian Homewood)