Filipina, Indonesia dan Malaysia berencana akan bekerjasama erat untuk menghentikan arus militan, senjata, dana dan propaganda ekstremis melalui perbatasan mereka, sementara mereka menyatakan waspada terkait serangan-serangan belakangan ini di kawasan mereka.
Menteri Luar Negeri Filipina Alan Peter Cayetano serta menteri luar negeri Indonesia dan Malaysia bertemu di Manila bersama dengan para pejabat tinggi keamanan hari Kamis (22/6) untuk membahas suatu rencana aksi gabungan di tengah-tengah pengepungan kota Marawi, Filipina Selatan, oleh militan yang terkait ISIS. Pengepungan kota itu telah menewaskan 369 anggota militan dan warga sipil.
Sementara ISIS kehilangan teritori di Suriah dan Irak, pemerintah negara-negara ASEAN khawatir militan Asia yang telah berpengalaman tempur, termasuk yang berasal dari Indonesia, mungkin kembali ke negara asal mereka untuk memanfaatkan gejolak sosial, lemahnya penegakan hukum, banyaknya senjata api ilegal dan berkobarnya pemberontakan, untuk membangun basis pijakan mereka.
Banyak yang khawatir pengepungan sebulan ini di Marawi dapat menarik kembalinya para jihadis.
Kepala staf militer Filipina Jenderal Eduardo Ano, yang ambil bagian dalam konferensi keamanan yang berlangsung tertutup itu, mengatakan, karena pemberontakan di Marawi, Filipina seperti menjadi magnet bagi para jihadis itu.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengecam serangan di Marawi dan mengatakan pemerintah Indonesia siap membantu. [uh/ab]