Kapal perang kedua Filipina dari kelas Hamilton yang disumbangkan Amerika Serikat telah tiba di Teluk Subic, pesisir barat laut Filipina, pada saat ketegangan wilayah di Laut Cina Selatan meningkat.
Diselimuti hujan dan kemeriahan, Presiden Filipina Benigno Aquino pada Selasa (6/8) menyambut kapal perusak sepanjang 115 meter seberat 3.250 ton di Alava Wharf, dekat bekas pangkalan angkatan laut Amerika. Aquino mengatakan kapal ini menjadi jaminan patroli di zona ekonomi eksklusif seluas 370 kilometer yang berbatasan dengan garis pantainya.
Aquino mengatakan kapal ini, yang diberi nama baru BRP Ramon Alcaraz, memperkuat program modernisasi militer Filipina dan menghapus citra lama militer yang kurang memiliki perlengkapan dan menyulitkan personelnya.
Mei lalu, Aquino mengumumkan tambahan dana US$1,8 miliar pada program peningkatan kemampuan militer Filipina yang masih di bawah jika dibanding dengan anggaran pertahanan di kawasan itu.
Perlengkapan baru ini mencakup 12 pesawat jet tempur, dua fregat dan satu sistem radar pengintaian udara. Juru bicara Departemen Pertahanan Filipina Peter Paul Galvez mengatakan pihaknya ingin menyelesaikan pembelian peralatan ini sebelum 2016 ketika masa jabatan Presiden Benigno Aquino berakhir.
Galvez tidak memberi rincian tentang model dan kemampuan peralatan tersebut. Ia juga tidak serta merta menyebut patroli kontroversial Tiongkok di Laut Cina Selatan sebagai alasan peningkatakan kekuatan militer Filipina. Tetapi pejabat-pejabat pertahanan yang menangani kapal perang itu jelas menunjukkan bahwa kapal itu tampaknya akan dikirim ke perairan yang disengketakan itu.
“Jika ada, misalnya, negara pihak ketiga atau negara-negara lain yang tidak menghormati wilayah anda, lalu datang ke sana dan mengambil sumber daya yang ada, jelas terang-terangan mencuri dari anda, pada sisi inilah kami melakukan pertahanan,” ujarnya.
Dalam beberapa tahun ini, Filipina telah mengeluhkan apa yang disebutnya “gangguan” China pada perairan yang diklaimnya tersebut. Tahun lalu kapal-kapal dari kedua negara berhadap-hadapan di Scarborough Shoal karena dugaan penangkapan liar oleh nelayan-nelayan China. Mei lalu, Filipina menyampaikan protes diplomatik atas kehadiran kapal-kapal pengintai China dan sebuah fregat di dekat Second Thomas Shoal.
China mengatakan pihaknya memiliki “kedaulatan tak terbantahkan” atas laut yang kaya sumber daya itu, sementara Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei Darussalam juga mengklaim seluruhnya atau sebagian wilayah itu.
Galvez mengatakan yang dikehendaki militer Filipina adalah kekuatan pertahanan yang minimum dapat diandalkan dan itu berarti pengintaian adalah prioritas.
Penjaga Pantai Filipina yang hanya memiliki enam kapal yang berfungsi baru-baru ini mengumumkan telah membeli lima kapal dari Perancis dan diperkirakan akan membeli 10 kapal patroli Jepang dalam tiga tahun mendatang.
Diselimuti hujan dan kemeriahan, Presiden Filipina Benigno Aquino pada Selasa (6/8) menyambut kapal perusak sepanjang 115 meter seberat 3.250 ton di Alava Wharf, dekat bekas pangkalan angkatan laut Amerika. Aquino mengatakan kapal ini menjadi jaminan patroli di zona ekonomi eksklusif seluas 370 kilometer yang berbatasan dengan garis pantainya.
Aquino mengatakan kapal ini, yang diberi nama baru BRP Ramon Alcaraz, memperkuat program modernisasi militer Filipina dan menghapus citra lama militer yang kurang memiliki perlengkapan dan menyulitkan personelnya.
Mei lalu, Aquino mengumumkan tambahan dana US$1,8 miliar pada program peningkatan kemampuan militer Filipina yang masih di bawah jika dibanding dengan anggaran pertahanan di kawasan itu.
Perlengkapan baru ini mencakup 12 pesawat jet tempur, dua fregat dan satu sistem radar pengintaian udara. Juru bicara Departemen Pertahanan Filipina Peter Paul Galvez mengatakan pihaknya ingin menyelesaikan pembelian peralatan ini sebelum 2016 ketika masa jabatan Presiden Benigno Aquino berakhir.
Galvez tidak memberi rincian tentang model dan kemampuan peralatan tersebut. Ia juga tidak serta merta menyebut patroli kontroversial Tiongkok di Laut Cina Selatan sebagai alasan peningkatakan kekuatan militer Filipina. Tetapi pejabat-pejabat pertahanan yang menangani kapal perang itu jelas menunjukkan bahwa kapal itu tampaknya akan dikirim ke perairan yang disengketakan itu.
“Jika ada, misalnya, negara pihak ketiga atau negara-negara lain yang tidak menghormati wilayah anda, lalu datang ke sana dan mengambil sumber daya yang ada, jelas terang-terangan mencuri dari anda, pada sisi inilah kami melakukan pertahanan,” ujarnya.
Dalam beberapa tahun ini, Filipina telah mengeluhkan apa yang disebutnya “gangguan” China pada perairan yang diklaimnya tersebut. Tahun lalu kapal-kapal dari kedua negara berhadap-hadapan di Scarborough Shoal karena dugaan penangkapan liar oleh nelayan-nelayan China. Mei lalu, Filipina menyampaikan protes diplomatik atas kehadiran kapal-kapal pengintai China dan sebuah fregat di dekat Second Thomas Shoal.
China mengatakan pihaknya memiliki “kedaulatan tak terbantahkan” atas laut yang kaya sumber daya itu, sementara Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei Darussalam juga mengklaim seluruhnya atau sebagian wilayah itu.
Galvez mengatakan yang dikehendaki militer Filipina adalah kekuatan pertahanan yang minimum dapat diandalkan dan itu berarti pengintaian adalah prioritas.
Penjaga Pantai Filipina yang hanya memiliki enam kapal yang berfungsi baru-baru ini mengumumkan telah membeli lima kapal dari Perancis dan diperkirakan akan membeli 10 kapal patroli Jepang dalam tiga tahun mendatang.