Lebih dari 2.200 warga Filipina di Kuwait siap menerima tawaran repatriasi dari Presiden Rodrigo Duterte menyusul berbagai laporan penganiayaan, Menteri Tenaga Kerja Filipina mengatakan, Minggu (11/2), Reuters melaporkan.
Presiden Duterte telah meminta maskapai Philippine Airlines dan Cebu Airlines, Jumat (9/2), untuk menerbangkan warga Filipina yang ingin meninggalkan Kuwait, setelah jenazah seorang pekerja Filipina ditemukan tersimpan di lemari pendingin, di sebuah apartemen kosong.
“Kami telah menerima informasi bahwa hingga Jumat, ada 2.200 lebih warga negara Filipina yang bersedia pulang,” kata Menteri Tenaga Kerja, Silvestre Bello III, kepada Reuters. Dia mengatakan beberapa orang telah tinggal melebihi batas waktu yang tertera dalam visa dan telah mengajukan permohonan amnesti.
Kedua maskapai penerbangan telah menyediakan pesawat sewaan gratis. Bello mengatakan hampir 500 pekerja Filipina akan tiba dalam waktu dekat.
Pemerintah Filipina menghentikan pengiriman pekerja ke Kuwait pada Januari, setelah berbagai laporan beberapa pekerja bunuh diri karena tidak tahan dengan penganiayaan yang dilakukan para majikan. Duterte mengatakan Jumat bahwa penghentian pengiriman tenaga kerja berlaku untuk waktu yang belum ditentukan.
Wakil Menteri Luar Negeri Kuwait, Khaled al-Jarallah, mengutarakan “keheranan dan penyesalan” atas pernyataan Duterte, dengan mengatakan pihaknya telah mengambil tindakan hokum dalam empat kasus bunuh diri yang disebut oleh Presiden Duterte.
Lebih dari 250 ribu warga Filipina bekerja di Kuwait, menurut perkiraan Kementerian Luar Negeri Filipina, kebanyakan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sejumlah besar warga Filipina juga bekerja di Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Qatar.
Pemerintah akan membantu para pekerja yang pulang untuk mencari pekerjaan, kata Bello. Rencana pemerintah antara lain dengan mencari pasar-pasar tenaga kerja di negara lain, termasuk China dan Rusia. [fw/au]