Tautan-tautan Akses

Forum Ekonomi Davos Dibayangi Meningkatnya Kesenjangan Ekonomi di Seluruh Dunia


Demonstrasi memrotes semakin melebarnya kesenjangan ekonomi di Nairobi, Kenya, 17 Januari 2020.
Demonstrasi memrotes semakin melebarnya kesenjangan ekonomi di Nairobi, Kenya, 17 Januari 2020.

Ketika para pemimpin dunia bertemu dengan para eksekutif miliarder di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pekan ini, puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di berbagai kota di seluruh dunia menuntut diambilnya tindakan untuk mengatasi semakin meningkatnya ketidaksetaraan.

Sebuah laporan baru dari Oxfam menyoroti skala masalah tersebut, di mana sebagian besar kekayaan dunia terpusat di tangan beberapa ribu orang super kaya dunia.

Penyelenggara pertemuan di Davos bersikeras forum itu adalah tempat yang ideal untuk menemukan solusi masalah-masalah global, dari ketidaksetaraan hingga perubahan iklim.

Davos telah sejak lama menjadi acara tahunan bagi kelompok elit terkaya di dunia. Forum Ekonomi Dunia yang diselenggarakan setiap tahun juga semakin tidak disukai oleh pihak-pihak yang mengklaim bahwa ketidaksetaraan global telah di luar kendali.

Di kota-kota di seluruh dunia, termasuk di Nairobi, New Delhi, Manila dan London, ribuan orang turun ke jalan menjelang Forum Ekonomi Dunia itu.

Koordinator Kenya Fighting Equality Alliance, Antonia Musonga, mengatakan, “Saatnya untuk menghapus keberadaan para miliarder sekarang. Karena bagi kami, orang-orang yang memiliki begitu banyak kekayaan itu juga memiliki akses istimewa pada kekuasaan, pengaruh atas demokrasi dan bagaimana kita menjalani hidup hari ini.”

Oxfam: Ada 2.100 Miliarder di Dunia

Laporan terbaru Oxfam mengatakan saat ini ada sekitar 2.100 miliarder di dunia, di mana para miliarder itu memiliki kekayaan yang setara dengan 4,6 miliar orang paling miskin di dunia, dan memperingatkan bahwa kesenjangan antara kelompok yang kaya dan miskin semakin melebar, di mana setengah populasi dunia kini hidup dalam kemiskinan.

Aksi protes terhadap kesenjangan sosial di Santiago, Chile yang berakhir dengan kerusuhan (foto: dok).
Aksi protes terhadap kesenjangan sosial di Santiago, Chile yang berakhir dengan kerusuhan (foto: dok).

Demonstrasi anti-pemerintah telah terjadi di lebih dari 30 negara dalam beberapa bulan terakhir ini. CEO Oxfam India, Amitabh Behar mengatakan tujuan politik mereka mungkin berbeda, tetapi kemarahan yang disampaikan sama.

‘’Di seluruh dunia ada narasi kemarahan. Orang-orang turun ke jalan dan mereka pada dasarnya bertanya ‘’apa kita membutuhkan miliarder di dunia ini?’’ Itulah pertanyaan kritis yang harus dicoba dijawab oleh Forum Ekonomi Dunia. Para miliarder perlu membayar pajak mereka. Tetapi saya kira tanggungjawab sesungguhnya ada pada pemerintah. Pemerintah perlu memastikan bahwa semua orang membayar pajak dengan tepat,’’ kata Behar.

Para pemimpin bisnis di Davos mengatakan mereka menyadari akan meningkatnya rasa frustrasi global.

CEO Edelman, Richard Edelman mengatakan, ‘’Saya kira orang-orang di negara maju menilai bahwa jika Anda bekerja keras, Anda akan berhasil ke tingkat berikutnya, di generasi berikutnya. Tapi sekarang hal itu tidak benar!”

Pendiri Forum Ekonomi Dunia Klaus Schwab bersikeras bahwa pertemuan tahunan di Davos itu bukan sekedar pesta para miliarder.

“Ini adalah tempat di mana Anda dapat benar-benar bicara pada para pemimpin dunia, pebisnis dan sebagainya. Anda menemukan telinga yang terbuka dan baik untuk mendengar dan bertindak bersama-sama dengan Anda,” ujar Schwab.

Fokus pertemuan tahun ini adalah soal darurat iklim, dan aktivis perubahan iklim Greta Thunberg menjadi pembicara utama. Davos melakukan yang terbaik untuk menghilangkan citra sebagai tempat persembunyian kelompok super kaya. Sebagian besar pengamat mengatakan masih banyak yang harus diupayakan untuk menghilangkan kesan itu. (em/jm)

Recommended

XS
SM
MD
LG