Raksasa media sosial pada Rabu (13/10) didesak agar bertindak untuk membendung gerakan antisemitisme yang muncul secara online. Desakan tersebut tercetus dalam konferensi internasional di Swedia yang berfokus pada meningkatnya jumlah ujaran kebencian yang dipublikasikan di banyak platform.
Pemerintah Swedia mengundang raksasa media sosial TikTok, Google dan Facebook bersama dengan perwakilan dari 40 negara, PBB dan organisasi Yahudi ke dalam acara yang dirancang untuk mengatasi meningkatnya momok global antisemitisme.
Swedia menjadi tuan rumah dari acara yang digelar di kota Malmo itu, yang merupakan sarang sentimen anti Yahudi pada awal 2000-an tetapi selama Perang Dunia II, wilayah tersebut dikenal dengan keramahannya dengan menyambut orang-orang Yahudi asal Denmark yang melarikan diri dari kejaran Nazi dan para tahanan yang diselamatkan dari kamp-kamp konsentrasi pada tahun 1945.
Google mengatakan dalam acara tersebut, yang secara resmi disebut Forum Internasional tentang Peringatan Holocaust dan Memerangi Anti-Semitisme, bahwa pihaknya mengalokasikan dana sebesar 5 juta euro ($5,78 juta) untuk memerangi antisemitisme secara online.
“Kami ingin menghentikan ujaran kebencian online dan memastikan kami memiliki lingkungan digital yang aman bagi warga kami,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pernyataan yang telah direkam sebelumnya.
Organisasi-organisasi di Eropa menuduh perusahaan-perusahaan teknologi “benar-benar gagal mengatasi masalah ini,” dan mengatakan antisemitisme kini dikemas ulang dan disebarluaskan ke generasi muda melalui platform seperti Instagram dan TikTok.
Ujaran antisemitisme “merajalela di setiap platform media sosial,” menurut sebuah penelitian yang terkait dengan konferensi itu, yang dilakukan oleh tiga organisasi nonpemerintah.
Di Instagram, di mana hampir 70 persen penggunanya berusia antara 13 dan 34 tahun, telah ditemukan jutaan ujaran untuk tagar yang berkaitan dengan antisemitisme, menurut penelitian itu.
Sedangkan untuk platform TikTok, di mana 69 persen penggunanya berusia 16 hingga 24 tahun, laporan itu mengatakan tiga tagar yang terkait antisemitisme ditonton lebih dari 25 juta kali dalam enam bulan.
Menanggapi laporan tersebut, juru bicara Facebook mengatakan antisemitisme “benar-benar tidak dapat diterima” dan bahwa kebijakannya tentang ujaran kebencian dan penyangkalan terhadap Holocaust telah diperketat.
Seorang juru bicara TikTok mengatakan platform itu “mengutuk antisemitisme” dan akan “terus memperkuat sarana kami untuk memerangi konten antisemitisme.”
Menurut Badan Hak Fundamental Uni Eropa, 9 dari 10 orang Yahudi di Uni Eropa mengatakan antisemitisme telah meningkat di negara mereka dan sebanyak 38 persen warga telah mempertimbangkan untuk beremigrasi karena mereka tidak lagi merasa aman. (lt/ka)