SEOUL —
Sebuah penyelidikan ilmiah menyimpulkan bahwa seekor gajah telah belajar untuk berbicara paling tidak enam kata Bahasa Korea.
Gajah itu bernama Koshik, berusia 22 tahun dan merupakan penghuni taman rekreasi terbesar di Yongin, Korea Selatan. Ia dapat menirukan dengan jelas dan jernih serta dengan nada dan warna suara yang tepat, apa yang dikatakan pelatihnya, termasuk "annhyeong," kata dalam Bahasa Korea yang berarti “halo” dan “joah” yang berarti “bagus.”
“Kami menemukan bahwa peniruan yang dilakukan Koshik sangat mirip dengan struktur akustik vokalisasi manusia dan sangat berbeda dari apa yang dihasilkan oleh gajah-gajah Asia secara alami,” ujar Angela Stoeger, ahli biologi kognitif dari Universitas Vienna.
Stoeger adalah penulis utama dari sebuah artikel penelitian mengenai Koshik yang muncul pada 1/11 di jurnal Current Biology.
Para peneliti meminta warga Korea yang hidup di Jerman, yang tidak tahu keberadaan Koshik, untuk mendengarkan cuplikan 25 jam rekaman suara gajah tersebut yang diambil selama Oktober 2010. Warga Korea asli tersebut dapat menuliskan dengan tepat apa yang dikatakan oleh Koshik dalam bahasa mereka.
Stoeger mengatakan bahwa ini merupakan bukti ilmiah pertama mengenai imitasi vokal oleh gajah dan sangat luar biasa karena spesies tersebut biasanya tidak mengeluarkan suara dengan frekuensi yang cukup tinggi.
"Pada dasarnya ia mencoba menyamai vokalisasinya dengan pelatihnya supaya bisa melakukan kontak sosial. Ini lebih sebagai sebuah cara untuk bergaul dengan manusia dibandingkan dengan menggunakan vokalisasi tersebut berarti untuk mereka,” jelasnya.
Dengan kata lain, Koshik sepertinya tidak memiliki maksud apa-apa dalam mengatakan kata-kata tersebut. Ia hanya meniru apa yang dilafalkan manusia.
Para pelatih Koshik pertama kali melaporkan kepandaiannya meniru kata delapan tahun yang lalu.
Sebelumnya ada berita mengenai seekor gajah jantan Asia, yang telah mati, di sebuah kebun binatang di Kazakhtan yang dapat melafalkan kata-kata Bahasa Rusia dan Kazakh, namun tidak pernah diselidiki secara ilmiah.
Untuk menghasilkan imitasi yang sangat akurat dari frekuensi format berbicara, Koshik, menurut laporan di jurnal tersebut “meletakkan belalainya di dalam mulut, untuk mengatur bentuk saluran fokal selama pembunyian yang diatur.”
Para peneliti menegaskan bahwa hal tersebut “merupakan metode produksi vokal dan kontrol frekuensi yang sama sekali baru” yang tidak pernah dilihat sebelumnya pada gajah atau spesies mana pun.
Ahli perilaku binatang mengatakan Koshik mungkin mengadopsi perilaku vokal yang tidak biasa ini karena satu-satunya kontak sosial yang ia lakukan selama lima tahun pada masa remaja adalah dengan manusia.
Gajah yang ada di alam liar sangat sosial. Dan mereka memang bersuara, termasuk pada frekuensi-frekuensi sangat rendah yang tidak dapat didengar manusia, untuk berkomunikasi jarak jauh.
Beberapa peneliti yakin gajah sepertinya memiliki suara yang berbeda daripada yang dikenali kerabatnya.
“Pada dasarnya itu yang ingin saya investigasi sekarang. Apa yang kita lihat sekarang, misalnya, pada Koshik, adalah bagaimana mereka benar-benar menggunakannya dalam sistem komunikasi alami.”
Koshik saat ini tidak dapat dijangkau publik karena tempat tinggal tetapnya, sekitar 50 kilometer ke arah tenggara dari ibukota Seoul, tertutup untuk umum karena sedang direnovasi sampai April.
Gajah itu bernama Koshik, berusia 22 tahun dan merupakan penghuni taman rekreasi terbesar di Yongin, Korea Selatan. Ia dapat menirukan dengan jelas dan jernih serta dengan nada dan warna suara yang tepat, apa yang dikatakan pelatihnya, termasuk "annhyeong," kata dalam Bahasa Korea yang berarti “halo” dan “joah” yang berarti “bagus.”
“Kami menemukan bahwa peniruan yang dilakukan Koshik sangat mirip dengan struktur akustik vokalisasi manusia dan sangat berbeda dari apa yang dihasilkan oleh gajah-gajah Asia secara alami,” ujar Angela Stoeger, ahli biologi kognitif dari Universitas Vienna.
Stoeger adalah penulis utama dari sebuah artikel penelitian mengenai Koshik yang muncul pada 1/11 di jurnal Current Biology.
Para peneliti meminta warga Korea yang hidup di Jerman, yang tidak tahu keberadaan Koshik, untuk mendengarkan cuplikan 25 jam rekaman suara gajah tersebut yang diambil selama Oktober 2010. Warga Korea asli tersebut dapat menuliskan dengan tepat apa yang dikatakan oleh Koshik dalam bahasa mereka.
Stoeger mengatakan bahwa ini merupakan bukti ilmiah pertama mengenai imitasi vokal oleh gajah dan sangat luar biasa karena spesies tersebut biasanya tidak mengeluarkan suara dengan frekuensi yang cukup tinggi.
"Pada dasarnya ia mencoba menyamai vokalisasinya dengan pelatihnya supaya bisa melakukan kontak sosial. Ini lebih sebagai sebuah cara untuk bergaul dengan manusia dibandingkan dengan menggunakan vokalisasi tersebut berarti untuk mereka,” jelasnya.
Dengan kata lain, Koshik sepertinya tidak memiliki maksud apa-apa dalam mengatakan kata-kata tersebut. Ia hanya meniru apa yang dilafalkan manusia.
Para pelatih Koshik pertama kali melaporkan kepandaiannya meniru kata delapan tahun yang lalu.
Sebelumnya ada berita mengenai seekor gajah jantan Asia, yang telah mati, di sebuah kebun binatang di Kazakhtan yang dapat melafalkan kata-kata Bahasa Rusia dan Kazakh, namun tidak pernah diselidiki secara ilmiah.
Untuk menghasilkan imitasi yang sangat akurat dari frekuensi format berbicara, Koshik, menurut laporan di jurnal tersebut “meletakkan belalainya di dalam mulut, untuk mengatur bentuk saluran fokal selama pembunyian yang diatur.”
Para peneliti menegaskan bahwa hal tersebut “merupakan metode produksi vokal dan kontrol frekuensi yang sama sekali baru” yang tidak pernah dilihat sebelumnya pada gajah atau spesies mana pun.
Ahli perilaku binatang mengatakan Koshik mungkin mengadopsi perilaku vokal yang tidak biasa ini karena satu-satunya kontak sosial yang ia lakukan selama lima tahun pada masa remaja adalah dengan manusia.
Gajah yang ada di alam liar sangat sosial. Dan mereka memang bersuara, termasuk pada frekuensi-frekuensi sangat rendah yang tidak dapat didengar manusia, untuk berkomunikasi jarak jauh.
Beberapa peneliti yakin gajah sepertinya memiliki suara yang berbeda daripada yang dikenali kerabatnya.
“Pada dasarnya itu yang ingin saya investigasi sekarang. Apa yang kita lihat sekarang, misalnya, pada Koshik, adalah bagaimana mereka benar-benar menggunakannya dalam sistem komunikasi alami.”
Koshik saat ini tidak dapat dijangkau publik karena tempat tinggal tetapnya, sekitar 50 kilometer ke arah tenggara dari ibukota Seoul, tertutup untuk umum karena sedang direnovasi sampai April.