Tautan-tautan Akses

Gedung Putih Dukung Target 80% Jaringan Listrik dari Energi Bersih pada 2030


Jajaran panel surya di Tenaska Imperial Solar Energy Center South di tengah pandemi virus corona, di El Centro, California, 29 Mei 2020. (Foto: Bing Guan/Reuters)
Jajaran panel surya di Tenaska Imperial Solar Energy Center South di tengah pandemi virus corona, di El Centro, California, 29 Mei 2020. (Foto: Bing Guan/Reuters)

Gedung Putih berharap bisa memanfaatkan dukungan yang makin besar dari perusahaan energi listrik Amerika Serikat, juga serikat buruh dan kelompok pembela lingkungan bagi sebuah mandat energi bersih nasional.

Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Pemerintahan Biden bermaksud mendesak agar Kongres meloloskan sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang mensyaratkan jaringan listrik AS memperoleh 80 persen energinya dari sumber bebas emisi pada 2030.

Sasaran ini belum memenuhi ambisi Presiden Biden sehubungan emisi karbon nol untuk jaringan itu pada 2035, tetapi merupakan sebuah tonggak sementara yang bisa diloloskan tanpa dukungan Partai Republik lewat sebuah proses yang disebut rekonsiliasi anggaran.

“Sasaran kami adalah untuk menjadikan ini UU,” kata Ali Zaidi, deputi penasihat iklim Gedung Putih, kepada Reuters.

“Ada beberapa jalur untuk mencapai kemajuan yang bermakna dalam sektor energi. Kami berpendapat ini merupakan sebuah UU yang kuat dari segi memberikan perusahaan energi sebuah cakrawala perencanaan yang jelas dan bersih.”

Mengharuskan perusahaan energi beralih dari batu bara dan gas alam merupakan sebuah langkah utama dari rencana Presiden Biden untuk mengurangi emisi rumah kaca sampai 50 persen di seluruh ekonomi Amerika dalam dasawarsa berikutnya.

Jaringan listrik Amerika saat ini sudah 40 persen berasal dari sumber yang bersih. Namun, mencapai 80 persen pada 2030 bisa dicapai lewat teknologi yang sudah ada tanpa membebani pelanggan listrik di setiap kawasan karena biaya energi terbarukan dan baterai sudah jatuh sedemikian besarnya, menurut sebuah analisis baru yang dilakukan peneliti di Energy Innovation dan University of California Berkeley. [ps/jm]

XS
SM
MD
LG