Amerika Serikat pada hari Rabu (4/9) menepis kekhawatiran bahwa tuntutan pidana yang diajukan terhadap para pemimpin Hamas terkait serangan 7 Oktober di Israel akan mempersulit negosiasi yang sedang berlangsung untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dengan imbalan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Pada hari Rabu, militer Israel mengatakan 200 pejuang Hamas di kota Rafah, Gaza selatan, telah tewas. Sehari sebelumnya, Departemen Kehakiman AS mendakwa enam pemimpin Hamas terkait serangan 7 Oktober di Israel.
Terkait dakwaan tersebut, Merrick Garland, Jaksa Agung AS, memberikan alasannya, “Karena mendanai dan mengarahkan kampanye selama puluhan tahun untuk membunuh warga negara Amerika dan membahayakan keamanan Amerika Serikat.”
Tiga pemimpin Hamas yang didakwa, Ismail Haniyeh, Marwan Issa, dan Mohammed Deif, diyakini telah dibunuh oleh Israel.
Tiga orang lainnya termasuk pemimpin tertinggi kelompok itu, Yahya Sinwar, yang merupakan kunci negosiasi yang sedang berlangsung untuk gencatan senjata dengan imbalan perjanjian pembebasan sandera.
Sementara demonstrasi terus berlanjut di Israel menuntut kesepakatan, pemerintahan Biden menepis kekhawatiran bahwa dakwaan tersebut akan mempersulit tercapainya kesepakatan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan, “Kami tidak percaya dengan cara apa pun bahwa pengenaan dakwaan ini akan masuk ke dalam kalkulasi yang mungkin dibuat Hamas tentang apakah akan menerima gencatan senjata atau tidak.”
Dakwaan AS tersebut diajukan pada bulan Februari tetapi dibuka pada hari Selasa, beberapa hari setelah Hamas membunuh enam sandera saat pasukan Israel mendekat. Sandera yang dibunuh termasuk seorang warga negara Amerika, Hersh Goldberg-Polin.
Dakwaan tersebut sebagian besar bersifat simbolis, karena penangkapan Sinwar dan yang lainnya oleh AS tidak mungkin terjadi. Namun, tindakan AS lebih lanjut mungkin dilakukan.
William Banks, profesor emeritus di Fakultas Hukum Universitas Syracuse berbicara dengan VOA melalui Skype, “Mereka dapat menekan sekutu kita untuk mencoba mengamankan personel Hamas yang kebetulan berada di area tempat mereka dapat ditahan, jika tidak ditangkap. Dan saya kira ancaman itu, dalam jangka panjang, akan terus memfasilitasi upaya yang lebih damai untuk mencapai penyelesaian di Timur Tengah.”
Dakwaan AS tersebut juga menuduh Iran dan Hizbullah Lebanon memberikan dukungan finansial dan senjata untuk serangan 7 Oktober. [lt/ab]
Forum