"Pas kejadian (gempa.red), dia yang terakhir keluar. Orang-orang (teman-temannya.red) pada keluar, dia terakhir keluar lalu jatuh. Habis itu dia ketindih (tertimpa reruntuhan.red), lalu ada yang ambil, tidak tahu siapa. Dibawa ke RS Sayang ini. Dari jam 2 saya cari-cari baru ketemu jam 6."
Demikian cerita Ayu Rahayu, usia 35 tahun, kepada VOA saat ditemui hari Selasa (22/11) di posko darurat yang dibangun di halaman RSUD Sayang, Cianjur. Putrinya, Nur Alika, yang berusia tujuh tahun, tak ingin melepas genggaman ibunya.
Mengutip cerita anaknya, Ayu mengatakan Nur Alika yang duduk kelas satu, dan teman-teman sekelasnya di SD Benjod, Cianjur, sedang mengikuti pelajaran ketika gempa mengguncang Senin siang. Mereka langsung lari keluar kelas. Ironisnya Alika terjatuh dan kemudian tertimpa bangunan sekolah yang ambruk. Ia ditemukan beberapa jam kemudian dalam kondisi selamat, tetapi bagian kepala dan pelipis matanya luka-luka. Ayu berharap putrinya bisa segera pulih dan diizinkan meninggalkan posko darurat itu.
Lain lagi cerita Dede, usia 33 tahun, yang keluarganya luka-luka karena tertimpa reruntuhan bangunan. "Waktu itu anak saya lagi di rumah bersama ibunya, sama anak yang dua lagi. Lagi di rumah lalu tiba-tiba secara spontan langsung roboh rumahnya, jadi tidak bisa menyelamatkan diri intinya. Langsung roboh bangunannya, rata sama tanah, bangunannya habis,” ujarnya lirih.
Mereka sekeluarga selamat tetapi putri bungsunya, Salmatu Sa’adah, yang berusia empat tahun, mengalami luka parah di tangan kanan dan kepala karena tertimpa rumah. Untuk menemani putri kecilnya ini, Dede bersama istri dan putra pertamanya memutuskan tinggal di posko darurat di halaman RSUD Sayang, Cianjur.
Gubernur Jabar: Bangunan Tak Tahan Gempa, Anak-Anak Jadi Korban
Dalam konferensi pers di Pendopo Cianjur, Senin malam (21/11), Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyampaikan rasa prihatin dengan banyaknya anak-anak yang menjadi korban.
"Mayoritas yang meninggal anak-anak, kita sangat prihatin juga karena peristiwa yang terjadi saat anak-anak sedang di madrasah. Habis sekolah umum melanjutkan pelajaran di madrasah sehingga banyak kejadian yang terjadi di beberapa pesantren,” ujarnya.
Hal ini menyoroti buruknya konstruksi bangunan sekolah dan fasilitas publik di daerah itu, sesuatu yang sebenarnya terjadi di banyak wilayah pedalaman Indonesia.
Presiden: “Buka Daerah Terisolasi, Jika Tidak Bisa Lewat Darat, Pakai Heli!”
Presiden Joko Widodo, yang meninjau langsung ke lokasi musibah gempa itu Selasa pagi (22/11) dan menggelar rapat terbatas di lokasi pengungsian di Taman Prawatasari, Cianjur, memerintahkan pembukaan daerah-daerah yang masih belum dapat dijangkau karena tanah longsor akibat gempa. “Kalau perlu pakai heli, pakai heli. Kalau tidak bisa lewat darat, pakai heli,” tegas Jokowi.
Presiden juga menginstruksikan perbaikan segera seluruh fasilitas umum dan rumah warga, meskipun belum ada rincian apakah akan dibuat menjadi rumah dan fasilitas tahan gempa atau tidak, mengingat Indonesia berada di wilayah Cincin Api yang kerap dilanda gempa.
BNPB: Hingga Selasa Korban Tewas Capai 268 Orang
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB Suharyanto mengatakan hingga hari Selasa pukul lima sore, sedikitnya 268 orang meninggal dan 1.083 orang luka-luka akibat gempa berkekuatan 5,6 yang mengguncang wilayah Jawa Barat Senin siang. “
Masih ada korban hilang 151 orang dan kita akan berusaha semaksimal mungkin menemukan mereka,” ujarnya.
Ditambahkannya, 58.362 orang terpaksa mengungsi, sementara sedikitnya 22.198 rumah dan fasilitas umum lainnya hancur total.
Meskipun dua rumah sakit di Kabupaten Cianjur ikut terdampak gempa, tetapi penanganan kesehatan tetap dapat dilakukan. Sejumlah tenda darurat juga telah dibangun di halaman rumah sakit sebagai “rumah sakit darurat.” [iy/em]
Forum