Media pemerintah China melaporkan, Sabtu (23/12), bahwa gempa kuat yang mengguncang barat laut China pada pekan ini dan menewaskan setidaknya 148 orang telah menimbulkan kerugian ekonomi bernilai puluhan juta dollar.
Stasiun televisi CCTV melaporkan para pejabat di Gansu melakukan penilaian awal yang menunjukkan sektor pertanian dan perikanan di provinsi itu mengalami kerugian sekitar 74,6 juta dollar AS atau sekitar 1,15 triliun rupiah. Pihak berwenang sedang mempertimbangkan bagaimana menggunakan dana bantuan dengan sebaik-baiknya agar sektor pertanian bisa segera kembali memulai produksi, kata laporan itu. Dana bantuan itu sudah disiapkan jauh-jauh hari.
Gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang kawasan pegunungan pada Senin (18/12) malam antara Provinsi Gansu dan Qinghai. Pusat gempa terletak 1.300 kilometer barat daya Beijing, ibu kota China. CCTV melaporkan 117 orang meninggal di Gansu dan 31 lainnya meninggal di Qinghai, sedangkan tiga orang lainnya masih hilang. Hampir 1.000 orang cedera dan lebih dari 14.000 rumah hancur.
CGTN, divisi penyiaran internasional dari CCTV, menyatakan pada tahap pertama, 500 unit hunian sementara telah dibangun pada Jumat (22/12) malam untuk para penduduk di Meipo, sebuah desa di Gansu.
Banyak para penyintas yang menginap di tempat-tempat penampungan di wilayah itu di tengah suhu udara yang anjlok di bawah temperatur beku. Pemakaman telah dilaksanakan. Beberapa pemakaman dilakukan secara Islam sesuai dengan agama yang banyak dianut penduduk di daerah itu.
Sebagian besar gempa-gempa di China terjadi di bagian barat negara itu, termasuk di Provinsi Gansu, Qinghai, Sichuan, dan Yunan serta di Xinjiang and Tibet. Gempa yang baru saja terjadi adalah gempa paling mematikan dalam sembilan tahun. [ft/ah]