Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, mengatakan sedikitnya dua warga dilaporkan meninggal dunia dan 20 orang lainnya terluka akibat gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 6,1 yang terjadi di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat (Sumbar). Gempa tersebut terjadi sekitar pukul 08.39 WIB, Jumat (25/2).
"Sudah ada data yang menyatakan dua orang meninggal dunia dan 20 orang lainnya luka-luka. Itu data sementara. Kami akan terus berkoordinasi dan mengumpulkan data-data. Dalam waktu yang tidak terlalu lama mudah-mudahan kami bisa pastikan berapa sebenarnya korban jiwa dan harta benda lainnya," ujar Suharyanto dalam konferensi pers, Jumat (25/2).
Ia mengatakan gempa bumi itu bukan hanya menelan korban jiwa dan luka-luka, tetapi juga menyebabkan sejumlah bangunan di Pasaman Barat mengalami kerusakan, dari berat hingga sedang.
"Sementara yang terdata di Pasaman Barat ada satu unit bangunan sekolah rusak berat, satu unit bangunan (kantor) bank rusak sedang, dan beberapa bangunan lainnya," ungkap Suharyanto.
Menyikapi kejadian gempa bumi di Pasaman Barat, BNPB telah mengirimkan tim reaksi cepat ke wilayah tersebut. BNPB juga akan mendampingi pemerintah daerah untuk segera melaksanakan langkah-langkah penanganan gempa.
"Besok kami akan menuju ke Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat. Memastikan terbentuknya posko untuk mengonsentrasikan, mengoordinasi, dan memimpin setiap upaya maupun kegiatan dalam penanganan gempa," jelas Suharyanto.
Apabila nantinya diperlukan, katanya, BNPB juga akan mendirikan tempat pengungsian dan memastikan terpenuhi kebutuhan dasar bagi para warga yang terdampak gempa.
"Kebutuhan dasar bagi para pengungsi yang nantinya harus mengungsi ini bisa terpenuhi dalam waktu secepatnya," pungkas Suharyanto.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan episentrum gempa bumi terletak pada koordinat 0,15 derajat LU dan 99,98 derajat BT atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 17 kilometet Timur Laut Pasaman Barat dengan kedalaman pusat gempa 10 kilometer.
"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal akibat aktivitas Sesar Sumatra. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike slip)," ujarnya.
Kemudian, dampak gempa bumi atau guncangan ini juga dirasakan di daerah Pasaman Barat dengan skala intensitas VI MMI (getaran dirasakan oleh semua penduduk). Lalu, Pasaman dengan skala intensitas V MMI (getaran dirasakan hampir semua penduduk). Selanjutnya, Agam, Bukit Tinggi, dan Padang Panjang dengan skala intensitas IV MMI (apabila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah).
Sementara di wilayah Padang, Payakumbuh, dan beberapa daerah di Sumatra Utara (Sumut) seperti Aek Godang serta Gunung Sitoli dengan skala intensitas III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah). Gempa juga dirasakan di Pesisir Selatan (Sumbar), Rantau Parapat (Sumut), Nias Selatan (Sumut), dan Bangkinang (Riau) dengan skala intensitas I MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
"Hingga saat ini sudah ada laporan dampak kerusakan di daerah Pasaman Barat akibat gempa bumi tersebut. Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," imbau Dwikorita.
Masyarakat juga diminta untuk menghindari dari bangunan yang retak atau rusak yang diakibatkan oleh gempa.
"Sebelum kembali ke dalam rumah periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal tidak ada kerusakan akibat getaran gempa," pungkas Dwikorita. [aa/ah]