Pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok pemberontak sepakat untuk melangsungkan gencatan senjatadi seluruh penjuru Suriah mulai Kamis tengah malam. Kesepakatan itu diperantarai pekan ini oleh Rusia dan Turki, serta tidak berlaku bagi kelompok-kelompok yang dianggap PBB teroris.
Kedua negara yang menjadi perantara dan mendukung pihak yang bertentangan dalam konfik itu juga akan bertindak sebagai penjamin. Jika gencatan senjata itu bertahan, pembicaraan perdamaian akan dilangsungkan di Kazakhstandalam satu bulan.
Beberapa jam sebelum gencatan senjata dimulai, pasukan pemerintah Suriah membombardir kawasan-kawasan yang dikuasai pemberontak di luar Damaskus, termasuk sebuah sekolah dasar. Sedikitnya 15 orang, termasuk anak-anak, tewas.
Para pejabat Rusia dan Turki, Kamis (29/12), mengumumkan, gencatan senjata mulai diberlakukan di Suriah secara nasional. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut kesepakatan itu peluang bersejarah untuk menghentikan konflik Suriah.
"Kita memiliki peluang untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah melalui solusi politik. Kita tidak boleh menyia-nyiakan peluang ini. Ini peluang bersejarah. Jendela peluang ini tidak boleh disia-siakan,” kata Erdogan.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Rusia dan Turki akan bertindak sebagai penjamin. Rusia mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad sementara Turki menyokong oposisi. Erdogan mengatakan, Turki akan terus memerangi ISIS di Suriah.
Ahmed Al-Jarba, pemimpin kelompok oposisi Ghad al-Suri (atau Hari Esok Suriah) mengatakan, ada perubahan besar dalam kebijakan Ankara terhadap Suriah.
"Ada perubahan dalam semua kebijakan Turki mengenai revolusi Suriah. Jika keterlibatan mereka saat ini adalah untuk menentang terorisme, kami menyambutnya. Tidak peduli apakah itu Turki atau negara lain. Banyak negara lain terlibat dalam konflik ini. Tapi kami menentang pembunuhan warga sipil. Ada sejumlah warga sipil yang bukan anggota ISIS dihantam serangan udara Turki. Kami dengan keras menentangnya,” kata Ahmed Al-Jarba.
Jika gencatan senjata itu bertahan, pembicaraan perdamaian antara pemerintah Suriah dan oposisi akan dilangsungkan di ibukota Kazakhstan, Astana. Osama Abu Zeid, juru bicara kelompok oposisi moderat Suriah mengatakan, "Fakta bahwa negosiasi akan didasarkan pada komunike satu Jenewa berarti tidak akan ada tempat bagi Assad di Suriah pada masa depan.”
Namun Presiden Assad, yang didukung Rusia dan Iran, telah memastikan bahwa ia tidak berniat mundur. Analis militer Rusia, Pavel Felgenhauer, gencatan senjata adalah bagian dari strategi untuk mengkonsolidasi kekuatannya.
"Ini adalah usaha untuk memecah oposisi Suriah menjadi kelompok yang pro-Rusia atau kelompok yang pro-Turki, yang pada saat bersamaan akan menjadi pro-Rusia dan bersikap netral terhadap Assad, dan di pihak lain, ada kelompok oposisi yang tidak bisa dijinakkan yang akan terus melakukan pemboman,” kata Pavel Felgenhauer.
Perang saudara Suriah yang telah berlangsung enam tahun merenggut lebih dari 300 ribu jiwa dan menyebabkan jutaan orang terpaksa mengungsi. [ab/uh]