Tautan-tautan Akses

Gerakan Damai Akar Rumput Meluas di Seluruh Afghanistan


Para pengunjuk rasa untuk perdamaian memegang spanduk dalam unjuk rasa di Lashkar Gah, Ibu Kota Provinsi Helmand, 31 Maret 2018.
Para pengunjuk rasa untuk perdamaian memegang spanduk dalam unjuk rasa di Lashkar Gah, Ibu Kota Provinsi Helmand, 31 Maret 2018.

Seruan perdamaian yang disampaikan sejumlah warga yang awalnya dimulai dalam bentuk aksi duduk di Provinsi Helmand, kini meraih momentum dan meluas di provinsi-provinsi lain di Afghanistan.

Ledakan bom mobil pada 23 Maret lalu di bagian selatan negara itu, di dekat stadion yang dipadati warga di Ibu Kota Provinsi Lashkar Gah, menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai puluhan lainnya.

Serangan itu terjadi ketika sedang berlangsung pertandingan gulat. Taliban tidak secara resmi mengklaim bertanggungjawab, tetapi pejabat-pejabat Afghanistan menuduh kelompok pemberontak itu dengan mengatakan kelompok itu biasanya menyangkal bertanggungjawab terhadap serangan yang menewaskan sejumlah besar warga sipil.

Awalnya hal ini dinilai sebagai serangan teror rutin yang menewaskan warga sipil, dan akan tetap demikian, jika warga Provinsi Helmand tidak memutuskan untuk bertindak.

Sekelompok anak muda lokal memulai aksi duduk di ibu kota provinsi itu dan menuntut diakhirinya aksi kekerasan. Kemudian sejumlah perempuan juga ikut bergabung dan menyerukan pihak-pihak yang bertikai mengakhiri lingkaran setan aksi kekerasan yang telah meluluhlantakkan seluruh bangsa.

“Berhentilah membuat kami menjadi janda dan membuat kami menangisi kematian anak-anak kami,” ujar seorang perempuan dalam rapat umum di Helmand bulan lalu.

Mogok makan

Seruan anti-perang yang awalnya dilakukan lewat aksi duduk itu kemudian menjadi mogok makan setelah Taliban menolak seruan perdamaian para demonstran dan sebaliknya mengingatkan mereka untuk tidak mendekati wilayah Taliban. Kelompok pemberontak itu memerintahkan warga lokal untuk melangsungkan aksi protes di dekat pangkalan militer Afghanistan dan NATO.

Aksi mogok makan itu berlangsung selama tiga hari sebelum sejumlah ulama campur tangan dan mendorong para demonstran untuk makan. “Para ulama menilai aksi mogok makan itu bertentangan dengan Islam, dan mereka meminta kami mengakhirinya, dan berjanji mereka akan mendatangi Taliban untuk membahas tuntutan kami,” ujar Bacha Khan, seorang demonstran di Helmand, kepada VOA.

Aksi mogok makan itu berakhir. Namun, aksi duduk terus berlangsung dan malah meraih momentum sehingga kemudian meluas ke propinsi-propinsi lain. [em/jm]

XS
SM
MD
LG