Gereja Inggris mengakhiri salah satu sengketa terpanjang dan paling memecah belah Senin (14/7) dengan pemungutan suara yang hasilnya memperbolehkan perempuan menjadi uskup.
Majelis nasional gereja, dikenal sebagai Sinode Umum, memberikan suara pada langkah bersejarah tersebut, mencapai kuorum yang diwajibkan yaitu mayoritas dua pertiga pada setiap dari tiga lembaganya. Secara total, 351 anggota dari tiga lembaga itu menyepakati langkah tersebut. Hanya 72 suara yang menolak dan 10 tidak memberikan suara.
Uskup Agung Canterbury Justin Welby mengatakan perubahan yang dinanti sejak lama itu menandai penuntasan proses yang dimulai lebih dari 20 tahun yang lalu dengan ordinasi perempuan sebagai pendeta. Ia menyerukan toleransi dan kasih bagi mereka para tradisionalis yang tidak sepakat dengan keputusan tersebut.
"Meski saya bahagia dengan hasil pemungutan suara ini, saya juga sadar ada pihak-pihak yang merasa hasil ini menyulitkan dan menyebabkan kesedihan," ujarnya dalam pernyataan.
Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebut keputusan itu "hari yang luar biasa bagi Gereja dan untuk persamaan."
Pihak-pihak yang menentang mengatakan diizinkannya perempuan menjabat posisi senior di gereja adalah melawan Alkitab. Yang lainnya mengingatkan bahwa gereja seharusnya tidak dipandu oleh etika-etika sekuler.
Anggota gereja Lorna Ashworth, yang tidak mendukung langkah tersebut, mengatakan gereja telah memasuki teritori baru.
"Ini sesuatu yang harus kita perbaiki seiring berjalannya waktu," ujarnya.
Gereja Inggris merepresentasikan kelompok-kelompok agama yang beragam, dari penginjil konservatif sampai pendukung pernikahan sesama jenis. Perubahan-perubahan besar dapat memakan waktu bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun untuk terjadi.
Gereja telah menghadapi tekanan yang terus meningkat dari pihak luar untuk mereformasi kebijakan mengenai perempuan. Uskup perempuan pertama kemungkinan akan dilantik tahun depan.
Gereja Inggris dibangun oleh Raja Henry VIII yang menunjuk dirinya sebagai kepala gereja pada 1534. Pemerintah masih secara formal menunjuk Uskup Agung Canterbury, pemimpin spiritual gereja tersebut, dan Ratu Elizabeth II masih menjadi pemimpin tertingginya.
Parlemen memiliki peran dalam urusan gereja, dan akan diberitahu untuk meratifikasi aturan terkait uskup perempuan. Sekitar 26 uskup memiliki kursi di parlemen.
Gereja Inggris merupakan bagian dari Komuni Anglikan global dengan anggota 77 juta orang di seluruh dunia. Gereja Episkopal di Amerika Serikat merupakan anggota pertama yang memiliki uskup perempuan dan sekarang dipimpin oleh perempuan. (AP)