Tentara Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) melancarkan serangan terhadap puluhan pos polisi dan sebuah markas militer akhir bulan lalu, menyebabkan lebih dari 300 ribu orang mengungsi.
Dalam pernyataan hari Sabtu, kelompok itu mendorong kelompok-kelompok bantuan agar “memulai kembali bantuan kemanusiaan mereka untuk semua korban krisis kemanusiaan, tak peduli latar belakang etnis atau agama mereka selama periode gencatan senjata itu.”
Hari Minggu, Amnesty International menuduh Myanmar sengaja menarget Rohingya dengan memasang ranjau-ranjau darat di sepanjang rute yang dilalui pengungsi Rohingya untuk menyeberang ke Bangladesh. Organisasi HAM itu melaporkan dua ranjau meledak hari Minggu, satu di antaranya menghancurkan kaki seorang pemuda yang sedang menggembalakan ternaknya di dekat perbatasan. Ledakan ranjau lainnya dikukuhkan Amnesty hari Jumat.
Pengumuman gencatan senjata itu dikeluarkan hanya sehari setelah Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley memperingatkan Myanmar bahwa meskipun Washington mendukung perang melawan kekerasan di negara bagian Rakhine, bantuan kemanusiaan harus mencapai mereka yang memerlukannya. [uh]