Mahasiswa asal Bogor, Indonesia, Gilang Hardian (25 tahun) berhasil masuk ke dalam finalis enam besar di ajang Global Student Entrepreneurship Awards (GSEA), yaitu sebuah kompetisi tahunan bagi mahasiswa wirausaha tingkat dunia yang diselenggarakan di Washington, D.C., AS belum lama ini.
"Di (Washington, D.C.) kita diadu lagi. Dari 39 negara dan 42 peserta di dunia," papar Gilang kepada VOA baru-baru ini.
Sebagai satu-satunya peserta yang mewakili Indonesia, Gilang terpilih atas prestasinya dalam membangun bisnis modifikasi helm kulit dengan merk 'Anajidan Helmet' yang ia tekuni sejak tahun 2011. Helm tahan banting ini dibuat sesuai dengan standar keamanan untuk helm di Indonesia dan berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Kita memakai kulit sintetis yang berkualitas tinggi. Biasanya kita memakai (kulit) MBtech. Dia tahan panas dan hujan. Tahan cuaca, sesuai di Indonesia," jelas mahasiswa STEI Tazkia di Bogor ini.
Kecelakaan motor yang pernah dialaminya dulu menjadi sebuah ilham bisnis, ketika ia mencoba memperbaiki helmnya yang rusak berat. Puas dengan hasilnya, Gilang pamerkan helm kreasinya di sebuah forum di Internet dan mendapatkan reaksi yang sangat positif.
Sukses dengan usaha helmnya, Gilang kemudian mengikuti berbagai kompetisi di tingkat nasional dan regional yang akhirnya membawanya ke tingkat internasional di AS ini. Kompetisi-kompetisi yang ia ikuti tidak hanya menilai sebuah produk, tetapi juga kewirausahaan sang peserta.
"Lebih ke entrepreneurship-nya. Dari produknya juga dinilai. Dari pengalaman berbisnisnya juga dinilai, bagaimana bisnis yang kita jalani itu bermanfaat bagi orang lain, bisa menumbuhkan ekonominya, ekonomi masyarakat atau tidak. Benar-benar di jiwa entrepreneurship yang dinilai," jelas Gilang.
Untuk memproduksi helm Anajidan, Gilang memberdayakan warga di sekitar Bogor, terutama yang bekerja sebagai penjahit.
"Saya kebetulan rumahnya di Bogor, di Sinang Barang. Jadi 70 persen warganya penjahit," kata Gilang. "Jadi, biasanya mereka menjahit seragam sekolah dari Rp. 3.000 sampai Rp. 5.000 upahnya. Dari helm bisa Rp. 10.000 kita kasih. Lebih kecil malah lebih mahal. Soalnya kita ingin membangun ekonomi di warga sekitar," lanjutnya.
Tahun 2014 Gilang dihadapi sebuah tuntutan yang disampaikan oleh perusahaan Harley-Davidson di Indonesia, karena ia pernah memproduksi helm dengan memakai logo mereka. Semua terselesaikan secara damai dengan permintaan maaf Gilang secara terbuka kepada perusahaan tersebut.
Sehubungan dengan hal itu, dalam kunjungannya ke AS kali ini, Gilang menyempatkan diri untuk pergi ke kantor pusat Harley-Davidson di kota Milwaukee, Wisconsin, AS. Bagi Gilang, tuntutan yang ia dapatkan bisa menjadi sebuah peluang kerja sama di masa mendatang.
"Menurut saya tuntutan itu menjadi suatu kesempatan. Berarti orang Amerika sudah tahu dong, produk saya? Kenapa tidak sekalian saja kerja sama?" tutur Gilang.
"Mudah-mudahan Harley-Davidson di AS bisa menerima helm dari 'Anajidan.' Kemarin sempat ke sana saya bawa contohnya dan kata mereka 'Wow, ini helm yang sangat luar biasa' dan mereka akan bantu itu. Yang penting, kualitas dari helm itu sendiri harus lebih aman. Soalnya di AS, keamanannya lebih tinggi dibanding di Indonesia," jelas Gilang.
Selain rencana kerja sama dengan perusahaan Harley-Davidson di AS, untuk kedepannya Gilang akan terus berinovasi. Rencananya, ia akan memproduksi helm berbahan kulit asli.
"Kekurangannya, kalau kulit asli dia tidak akan tahan di hujan dan panas, jadi akan kurang bagus. Tapi untuk teman-teman Harley biasanya mereka memakai motornya tidak waktu hujan, pasti waktu hanya panas aja, dan itu mungkin bisa aman. Jadi ke depannya saya ingin khusus untuk teman-teman Harley Davidson, dibuatkan pakai kulit asli yang harganya berbeda, tahun ini kita masih percobaan," ujar Gilang.
Karena telah mengikuti beberapa kompetisi di tingkat regional dan internasional, banyak warga asing yang tertarik untuk membeli helm 'Anajidan.' Berangkat dari itu, Gilang berencana untuk menambah para pengrajinnya
"Mereka banyak yang minta dari distributornya ke kita dan kita akan kabulkan itu di tahun depan, karena tahun ini kita fokus untuk mengembangkan sumber daya manusianya dulu," ujar Gilang menutup wawancara dengan VOA.