Greenpeace, Rabu (16/5), menyatakan mengakhiri kesepakatan damainya yang telah berlangsung lima tahun dengan Sinarmas, salah satu perusahaan kertas raksasa terbesar di dunia. Organisasi lingkungan itu menuding, perusahaan itu melakukan penebangan hutan tropis di Indonesia pada saat kedua pihak menjalin kerjasama konservasi.
Pengumuman itu, yang dipicu oleh hasil investigasi kantor berita Associated Press ini, secara otomatis mengakhiri kesepakatan yang dicapai kedua pihak pada 2013. Kesepakatan itu mengharuskan organisasi lingkungan tersebut menghentikan kampanye globalnya menentang anak perusahan Asia Pulp & Paper itu, dengan syarat Sinarmas mengakhiri upaya deforestasi, pencaplokan lahan dan konflik dengan komunitas setempat.
Kampanye itu telah merugikan Sinarmas. Sejumlah pelanggan besar seperti Matel, Xerox, Danone dan KFC menyatakan mundur. Greenpeace, contohnya, menghubungkan pengrusakkan hutan yang dilakukan perusahaan itu di Indonesia dengan boks-boks kertas yang digunakan untuk kemasan boneka Barbie. Barbie diproduksi oleh Matel.
Menyusul laporan Associated Press Desember lalu, Greenpeace mengatakan, penyelidikannya sendiri, yang mencakup analisis citra satelit, menunjukkan, dua perushaan yang terkait dengan Sinarmas melakukan penebangan sekitar 800 hektar lahan hutan dan gambut di Kalimantan selama lima tahun menjalin kesepakatan konservasi hutan.
Kiki Taufik, kepada divisi kampanye hutan Greenpeace Indonesia mengatakan, Sinarmas tidak secara serius menghentikan deforestasi hutan.
Sebuah pernyatan yang dikeluarkan Asia Pulp & Paper menyatakan, mereka selama tiga bulan terakhir berusaha mengatasi keprihatinan Greenpeace dan kecewa denagn keputusan organisasi lingkungan itu. Mereka mengatakan, kedua perusahaan yang dituding melakukan deforestasi tidak langsung berada di bawah kontrol mereka. [ab/uh]