Hadapi Perubahan Iklim, China Bertekad Beradaptasi Lebih Baik
Kondisi perekonomian dan masyarakat China berada pada situasi yang mengkhawatirkan akibat perubahan iklim. Dokumen kebijakan baru negara tersebut mengatakan bahwa Beijing perlu meningkatkan mekanisme adaptasi dan kemampuan pemantauan di setiap tingkat pemerintahan.
"Perubahan iklim telah membawa dampak buruk yang serius bagi sistem ekologi alami China, dan terus menyebar dan menembus ke dalam ekonomi dan masyarakat," kata pemerintah dalam strategi adaptasi perubahan iklim nasional yang diterbitkan pada Senin (13/6) malam.
Perubahan iklim tidak hanya menciptakan tantangan jangka Panjang, tetapi juga membuat China lebih rentan terhadap peristiwa yang sifatnya "tiba-tiba dan ekstrem." Penyakit menular, hama, dan cuaca ekstrem juga meningkatkan bahaya bagi kesehatan masyarakat, kata dokumen itu.
Sabuk vegetasi juga telah bergeser ke utara, dan China perlu mengambil tindakan untuk "mengoptimalkan" pertaniannya dan beralih ke tanaman dengan hasil lebih tinggi dan lebih tahan banting, tambahnya.
Dokumen itu mengatakan pemerintah akan memodernisasi sistem pencegahan bencana terkait iklim dan mengurangi kerentanan ekonomi serta ekosistem alamnya.
China juga bertujuan untuk membangun sistem penilaian dampak dan risiko iklim nasional pada 2035, dan akan membutuhkan proyek-proyek besar untuk memasukkan iklim dalam penilaian dampak lingkungan. Hal tersebut juga akan meningkatkan kemampuan peringatan dini.
Lapisan tanah beku yang mencair, gletser yang surut dan danau es yang meluas telah mengganggu pasokan air, dan naiknya permukaan laut pesisir juga meningkatkan risiko banjir, dokumen itu memperingatkan.
Dokumen itu mengatakan akan memperkuat pemantauan di sungai dan danau untuk meningkatkan pengendalian banjir dan meningkatkan keamanan pasokan air. Selain itu juga akan melakukan reformasi harga air dan memberlakukan target konsumsi yang mengikat di wilayah-wilayah utama untuk mengurangi intensitas air.
China, penghasil karbon terbesar di dunia, telah berjanji untuk membawa gas rumah kaca ke puncaknya sebelum 2030 dan menjadi netral karbon pada 2060.
Namun, komitmen iklim negara itu mendapat sorotan internasional karena mencoba menemukan keseimbangan antara mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan menghilangkan karbon dari sistem konsumsi batu baranya. [ah/rs]