Harga-harga saham di Asia naik hari Kamis (27/8), menyusul kenaikan di Wall Street yang terjadi setelah adanya indikasi bahwa Bank Sentral Amerika membatalkan rencana menaikkan suku bunga.
Harga-harga saham di Amerika telah mengakhiri rentetan penurunan selama seminggu hari Rabu dengan indeks-indeks utama meningkat kira-kira 4 persen.
Indeks Dow Jones, yang menderita penurunan 10 persen dalam lima hari ini, membubung 619 poin hari Rabu, kenaikan tertinggi ketiga dalam sejarahnya.
Harga-harga saham dunia telah terjun bebas dalam dua minggu terakhir karena kekhawatiran mengenai ekonomi China yang melamban.
Bank Sentral China, yang memotong suku bunga hari Selasa untuk memompa lebih banyak uang ke dalam ekonomi, membantu menstabilkan harga-harga saham China hanya sebentar.
Indeks komposit Shanghai yang sempat naik, turun kembali menjelang bursa tutup. Tempat-tempat yang cerah adalah indeks Nikkkei Jepang yang melonjak 3,2 persen dan Kospi Korea, yang naik 2,6 persen pada waktu bursa tutup.
Hari Kamis, Indeks Komposit Shanghai di China meningkat kira-kira 1,5 persen menjelang tengah hari. Harga-harga saham juga naik di Tokyo, Hong Kong, Sydney dan Seoul.
Para pedagang di Bursa Saham New York mengatakan yang membuat investor cemas bukan ekonomi China yang melamban, melainkan kurangnya transparansi di China.
Pedagang Stephen Guilfoyle memberitahu VOA bahwa psikologi investor lebih bersikap hati-hati bukan panik. Dan Alan Valdes dari DME Securities menyebut volume yang lebih rendah sebagai penyebab kerawanan pasar, yang biasanya terjadi dalam bulan-bulan musim panas, yang dibarengi dengan ketidakpastian dan keyakinan yang berkurang pada kebijakan moneter Beijing.
Sebagian besar analis memperkirakan kerawanan akan terus berlangsung sampai setidaknya September, saat banyak negara yakin bank sentral Amerika akan mulai menaikkan suku bunga, yang tetap mendekati nol sejak tahun 2009. Suku bunga yang lebih rendah membantu merangsang ekonomi.
Meski ada kemajuan dalam lapangan pekerjaan Amerika dan data perumahan, seorang anggota yang mempunyai hak suara di bank sentral Amerika mengemukakan keraguan hari Rabu mengenai waktu kenaikan suku bunga.
William Dudley, presiden cabang bank sentral di New York, mengatakan kepada para wartawan bahwa kekacauan dalam pasar global baru-baru ini membuat gagasan menaikkan suku bunga bulan depan kurang mendesak.