ABUJA, NIGERIA —
Menurut warga setelampat, kelangkaan pangan di Nigeria utara telah membuat daerah yang sudah miskin itu menjadi semakin rentan, dan para pemimpinnya mendesak penurunan harga-harga.
Di masjid di kota Kaduna bagian utara ini, seorang pemimpin setempat mendesak para penjual makanan untuk menurunkan harga. Ini adalah bulan suci Ramadan dan warga Nigeria – yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan – kadangkala membayar enam kali lebih tinggi dibanding hari-hari biasa, untuk mendapatkan sembako.
Di luar sebuah pasar di Kaduna, para pembeli mengatakan melonjaknya harga semakin memperburuk kemiskinan pada musim liburan ini karena para penjual tahu persis bahwa pembeli akan tetap membayar meski dengan harga mahal, sekedar makanan untuk berbuka.
“Mereka merasa orang membutuhkan produk-produk ini sehingga mereka menaikkan harganya. Ini sangat jelas! Ketika anda pergi ke pasar untuk membeli buah seperti seperti nenas atau jeruk dan barang-barang untuk berbuka puasa, anda akan melihat bagaimana para penjual menaikkan harga,” kata seorang pembeli.
Tetapi beberapa penjual mengatakan mereka menaikkan harga karena harus membayar lebih banyak bagi para petani semasa bulan Ramadan ini.
Di pasar Abuja ini, Umar Muhammad menjual semangka dan nenas. Ia mengatakan harus membayar 30 persen lebih mahal untuk semangka saat bulan Ramadan ini, sehingga ia harus menaikkan harga untuk mendapatkan keuntungan.
Muhammad tidak menyalahkan para petani yang menaikkan harga karena hanya pada saat ini dalam waktu satu tahun di mana orang bersedia membayar lebih mahal. Kebanyakan dari mereka sangat miskin, ujar Muhammad.
Khalid Aliyu Abubakar – Sekjen Jama’at Nasril Islam, sebuah payung organisasi Islam di Nigeria mengatakan, siapapun yang bertanggungjawab menaikkan harga di Nigeria Utara yang selama bertahun-tahun sudah menderita akibat ketidakamanan dan pemberontakan, tidak bisa menekan melonjaknya kemiskinan.
“Tidak baik ketika seseorang memanfaatkan kesempatan untuk menyedot darah warga miskin. Karenanya harga-harga harus turun,” ujar Abubakar.
Sebagian besar warga Nigeria Utara adalah Muslim, sementara warga di wilayah selatan adalah Kristiani, tetapi di setiap kota warga yang berbeda keyakinan ini hidup berdampingan. Kekerasan sektarian – khususnya di Kaduna – yang terletak di sepanjang perbatasan “Middle Belt”, biasanya bukan soal perbedaan agama, tetapi kemudian menyinggung soal-soal agama.
Dua minggu menjelang berakhirnya bulan Ramadan, para pembeli mengatakan kenaikan harga tahunan sedang berubah-ubah. Beberapa orang menyampaikan lelucon bahwa mungkin lebih baik mereka tinggal di desa, makan apa yang mereka tanam karena uang mereka menjadi tidak bernilai di pasar kota.
Di masjid di kota Kaduna bagian utara ini, seorang pemimpin setempat mendesak para penjual makanan untuk menurunkan harga. Ini adalah bulan suci Ramadan dan warga Nigeria – yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan – kadangkala membayar enam kali lebih tinggi dibanding hari-hari biasa, untuk mendapatkan sembako.
Di luar sebuah pasar di Kaduna, para pembeli mengatakan melonjaknya harga semakin memperburuk kemiskinan pada musim liburan ini karena para penjual tahu persis bahwa pembeli akan tetap membayar meski dengan harga mahal, sekedar makanan untuk berbuka.
“Mereka merasa orang membutuhkan produk-produk ini sehingga mereka menaikkan harganya. Ini sangat jelas! Ketika anda pergi ke pasar untuk membeli buah seperti seperti nenas atau jeruk dan barang-barang untuk berbuka puasa, anda akan melihat bagaimana para penjual menaikkan harga,” kata seorang pembeli.
Tetapi beberapa penjual mengatakan mereka menaikkan harga karena harus membayar lebih banyak bagi para petani semasa bulan Ramadan ini.
Di pasar Abuja ini, Umar Muhammad menjual semangka dan nenas. Ia mengatakan harus membayar 30 persen lebih mahal untuk semangka saat bulan Ramadan ini, sehingga ia harus menaikkan harga untuk mendapatkan keuntungan.
Muhammad tidak menyalahkan para petani yang menaikkan harga karena hanya pada saat ini dalam waktu satu tahun di mana orang bersedia membayar lebih mahal. Kebanyakan dari mereka sangat miskin, ujar Muhammad.
Khalid Aliyu Abubakar – Sekjen Jama’at Nasril Islam, sebuah payung organisasi Islam di Nigeria mengatakan, siapapun yang bertanggungjawab menaikkan harga di Nigeria Utara yang selama bertahun-tahun sudah menderita akibat ketidakamanan dan pemberontakan, tidak bisa menekan melonjaknya kemiskinan.
“Tidak baik ketika seseorang memanfaatkan kesempatan untuk menyedot darah warga miskin. Karenanya harga-harga harus turun,” ujar Abubakar.
Sebagian besar warga Nigeria Utara adalah Muslim, sementara warga di wilayah selatan adalah Kristiani, tetapi di setiap kota warga yang berbeda keyakinan ini hidup berdampingan. Kekerasan sektarian – khususnya di Kaduna – yang terletak di sepanjang perbatasan “Middle Belt”, biasanya bukan soal perbedaan agama, tetapi kemudian menyinggung soal-soal agama.
Dua minggu menjelang berakhirnya bulan Ramadan, para pembeli mengatakan kenaikan harga tahunan sedang berubah-ubah. Beberapa orang menyampaikan lelucon bahwa mungkin lebih baik mereka tinggal di desa, makan apa yang mereka tanam karena uang mereka menjadi tidak bernilai di pasar kota.