Belasan anak tampak bernyanyi dan menari mengikuti lagu anak yang diputar lewat pengeras suara di sebuah bangunan di salah satu sudut kota Solo, hari Rabu (1/12). Mereka adalah Anak dengan HIV AIDS atau ADHA yang dirawat Yayasan Lentera dan tinggal di tempat penampungan yang lokasinya dirahasiakan. Sejumlah anak lainnya memilih berlarian atau bermain ayunan di depan bangunan tersebut.
Pengasuh ADHA di tempat penampungan itu, Puger Mulyono mengatakan meskipun pandemi, ADHA yang diasuhnya berada dalam kondisi sehat. Menurut Puger, sekitar 36 ADHA menghuni tempat penampungan itu.
"Selama pandemi, prokes kita ketat. Kota tidak menerima tamu, tidak keluar, kita seakan isolasi mandiri. Sampai kita bingung, ada 1 ADHA yang kena COVID, positif terinfeksi, kita tracing. Dinas Kesehatan mengambil inisiatif untuk tracing COVID di tempat kami ini. Akhirnya, alhamdulillah lainnya tidak kena COVID, cuma 1 ADHA saja yang kena,” jelas Puger saat ditemui VOA hari Rabu.
Pengamatan VOA di lokasi, ADHA mengikuti sejumlah kegiatan memperingati Hari AIDS Sedunia. Tumpukan bungkusan hadiah untuk ADHA disiapkan di salah satu meja di teras tempat penampungan itu. Kegiatan-kegiatan itu membuat mereka melupakan sejenak virus yang diidap.
Kementerian Kesehatan telah merilis situasi epidemi HIV secara global tahun 2020 yang mengalami penurunan 25 persen dibanding satu dasa warsa lalu. Tahun 2021 ini menandai 40 tahun sejak AIDS pertama kali dilaporkan, dan 25 tahun sejak pembentukan Program Gabungan PBB Untuk HIV/AIDS (UNAIDS) oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC).Menurut laporan Kementerian Kesehatan itu, hingga tahun 2020 ada lebih dari 37 juta Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan ADHA di dunia. Sementara kasus baru infeksi HIV mencapai 1,5 juta.
Khusus di Indonesia saat ini ada lebih dari setengah juta ODHA, sementara jumlah kasus baru mencapai 23 ribu.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi saat hadir secara virtual, Senin (29/11) mengatakan HIV/AIDS yang terjadi pada anak-anak atau ADHA didominasi usia remaja.
"Total ODHA yang kita temukan saat ini ada 25 ribu, ADHA usia 0-4 tahun sekitar 0,7 persen, usia 5- 14 tahun ada 1,3 persen, dan usia 15-19 tahun ada 7,2 persen,” ujar Nadia.Tema peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember kali ini adalah “Akhiri AIDS, Cegah HIV, Akses Untuk Semua.”
Akses Layanan Kesehatan ODHA & ADHA di Masa Pandemi
Penurunan sistem kekebalan tubuh karena virus HIV bagi ODHA di masa pandemi menjadi dua fokus yang harus diantisipasi. Kecepatan dan perluasan akses layanan kesehatan bagi mereka di masa pandemi kini menjadi tantangan besar.
Siti Nadia Tarmizi mengatakan ada lebih dari 13.000 fasilitas kesehatan dari puskesmas hingga rumah sakit yang memiliki uji medis HIV/AIDS, termasuk 2.000 lokasi yang menyediakan obat anti-retroviral atau ARV. Fasilitas kesehatan itu, imbuh Nadia, dilengkapi laboratorium dan alat PCR."Masih ada masalah kesehatan yang menjadi PR kita, situasi pandemi COVID 19 menjadi tantangan bagi kita menemukan kasus aktif dan memberikan layanan kesehatan bagi ODHA maupun ADHA sebaik-baiknya,” jelas Nadia.
PDPAI: ODHA & ADHA Sama-Sama Rentan
Sementara itu, Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia PDPAI, Dokter Haridana Indah Mahdi menjelaskan ODHA dan ADHA sama-sama rentan tertular COVID-19.
"Pasien dengan imunitas menurun antara lain HIV/AIDS rentan sekali terinfeksi COVID-19. Walaupun tak terkena langsung, mereka bisa menjadi carrier atau pembawa, dan bisa menjadi sumber penularan COVID di keluarga atau lingkungannya. Orang dengan HIV AIDS itu harus minum obat ARV seumur hidup dan tepat waktu. HIV jelas rentan terkena COVID 19, pastinya. Testing HIV atau pengobatan ODHA atau ADHA saat pandemi menurun karena mereka takut ke Rumah Sakit atau Puskemas,” jelas dokter Haridana.
Menjaga kondisi Anak dengan HIV/AIDS menjadi tugas utama pengelola Yayasan Lentera.
"Ya mereka selama pandemi tetap sehat. Bisa dilihat kan itu. Sehat semua. Mereka tetap berobat secara rutin. Akses pelayanan kesehatan bisa, pemerintah ikut membantu kami," pungkas Puger.
UNAIDS Beri “Peringatan Keras” Soal HIV/AIDS
Direktur Kantor UNAIDS di New York Dr. Cesar Nunez dalam konferensi pers di New York hari Senin (29/11) mengakui meskipun penting, kebijakan penutupan sebagian wilayah dan penghentian kegiatan atau dikenal sebagai lockdown dan pembatasan-pembatasan sosial lainnya telah mengganggu uji medis HIV, dan di banyak negara menimbulkan penurunan tajam dalam diagnosis dan rujukan pengobatan HIV.
Ia memberi “peringatan keras” bahwa AIDS masih akan tetap menjadi pandemi, dan bahwa “tindakan berani melawan ketidaksetaraan” diperlukan “untuk mengakhiri AIDS, memberantas COVID-19 dan bersiap menghadapi pandemi (lain) di masa depan.” Ketidaksetaraan yang dimaksudnya adalah dalam melakukan uji medis, serta memperoleh obat-obatan dan vaksin. [ys/em]