Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, mengatakan bahwa di tengah lonjakan harga pangan, menteri perdagangan dan menteri pertanian harus lebih agresif berupaya menekan harga.
Kepada pers di Jakarta, Selasa (24/7), Hatta mengakui lonjakan harga berbagai kebutuhan pangan memang sudah mengkhawatirkan. Menurutnya, kenaikan tersebut seharusnya bisa diupayakan turun atau stabil karena akan menyulitkan masyarakat.
”Kuncinya harus ada tambahan suplai. Kalau tidak ya tidak akan turun. [Masalah ini] sedang dibicarakan. Sudah tentu kan ujung tombaknya tetap di menteri pertanian dan menteri perdagangan. Keduanya harus rajin-rajin memantau pasar, mengecek pasar,” ujarnya.
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, menegaskan kementeriannya sudah berupaya menekan harga diantaranya melalui operasi pasar murah yang dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia hingga akhir Agustus mendatang.
“Kegiatan pasar murah ini akan kita lakukan untuk paling tidak membantu memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Bayu.
Sementara itu Menteri Pertanian Suswono mengatakan bahwa stok kebutuhan pangan akan selalu aman dan ia optimis Indonesia akan swasembada pangan pada 2014, bahkan mampu memainkan perannya dalam bidang pangan di tingkat internasional.
“Untuk mendukung ketahanan pangan kita, cadangan pangan kita, tetapi tentu juga dalam rangka memenuhi pangan dunia, karena kita berharap Indonesia punya peran untuk ekspor,” ujarnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Berly Martawardaya, mengatakan dalam mengatasi masalah pangan dalam negeri, seharusnya pemerintah terlebih dulu menetapkan arah perekonomian negara. Menurutnya, jika menganut ekonomi liberal maka harus ada strategi khusus dalam mengimplementasikannya termasuk soal komoditas pangan. Ia berpendapat pemerintah jangan hanya melakukan impor melainkan juga ekspor sehingga selain stok aman, kesejahteraan petani lokal juga terjamin karena hasil pertaniannya dipasarkan baik di pasar dalam negeri maupun internasional.
“Kita manfaatkan keterbukaan itu untuk kita juga masukkan ke sana. Jadi istilahnya kamu jual kita beli dan kita jual mereka beli. Jadi jangan cuma satu arah, ini adalah peluang-peluang besar,” ujar Berly.
Akhir-akhir ini komoditas yang dikeluhkan masyarakat karena harganya naik signifikan adalah daging sapi serta tempe dan tahu.
Harga daging sapi yang semula sekitar Rp 60.000 per kilogram saat ini menjadi sekitar Rp 120.000 per kilogram, dikarenakan permintaan yang sangat tinggi. Sementara untuk tempe dan tahu, semula yang harganya sekitar Rp 3.000 per potong saat ini menjadi sekitar Rp 7.000 per potong. Dalam siaran persnya Senin (23/7), Kementerian Pertanian menegaskan, kenaikan harga tempe dan tahu akibat tingginya harga kedelai yang disebabkan gangguan cuaca di Amerika Serikat, yaitu negara yang selama ini menjadi pemasok kedelai terbesar untuk Indonesia.
Kepada pers di Jakarta, Selasa (24/7), Hatta mengakui lonjakan harga berbagai kebutuhan pangan memang sudah mengkhawatirkan. Menurutnya, kenaikan tersebut seharusnya bisa diupayakan turun atau stabil karena akan menyulitkan masyarakat.
”Kuncinya harus ada tambahan suplai. Kalau tidak ya tidak akan turun. [Masalah ini] sedang dibicarakan. Sudah tentu kan ujung tombaknya tetap di menteri pertanian dan menteri perdagangan. Keduanya harus rajin-rajin memantau pasar, mengecek pasar,” ujarnya.
Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, menegaskan kementeriannya sudah berupaya menekan harga diantaranya melalui operasi pasar murah yang dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia hingga akhir Agustus mendatang.
“Kegiatan pasar murah ini akan kita lakukan untuk paling tidak membantu memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Bayu.
Sementara itu Menteri Pertanian Suswono mengatakan bahwa stok kebutuhan pangan akan selalu aman dan ia optimis Indonesia akan swasembada pangan pada 2014, bahkan mampu memainkan perannya dalam bidang pangan di tingkat internasional.
“Untuk mendukung ketahanan pangan kita, cadangan pangan kita, tetapi tentu juga dalam rangka memenuhi pangan dunia, karena kita berharap Indonesia punya peran untuk ekspor,” ujarnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Berly Martawardaya, mengatakan dalam mengatasi masalah pangan dalam negeri, seharusnya pemerintah terlebih dulu menetapkan arah perekonomian negara. Menurutnya, jika menganut ekonomi liberal maka harus ada strategi khusus dalam mengimplementasikannya termasuk soal komoditas pangan. Ia berpendapat pemerintah jangan hanya melakukan impor melainkan juga ekspor sehingga selain stok aman, kesejahteraan petani lokal juga terjamin karena hasil pertaniannya dipasarkan baik di pasar dalam negeri maupun internasional.
“Kita manfaatkan keterbukaan itu untuk kita juga masukkan ke sana. Jadi istilahnya kamu jual kita beli dan kita jual mereka beli. Jadi jangan cuma satu arah, ini adalah peluang-peluang besar,” ujar Berly.
Akhir-akhir ini komoditas yang dikeluhkan masyarakat karena harganya naik signifikan adalah daging sapi serta tempe dan tahu.
Harga daging sapi yang semula sekitar Rp 60.000 per kilogram saat ini menjadi sekitar Rp 120.000 per kilogram, dikarenakan permintaan yang sangat tinggi. Sementara untuk tempe dan tahu, semula yang harganya sekitar Rp 3.000 per potong saat ini menjadi sekitar Rp 7.000 per potong. Dalam siaran persnya Senin (23/7), Kementerian Pertanian menegaskan, kenaikan harga tempe dan tahu akibat tingginya harga kedelai yang disebabkan gangguan cuaca di Amerika Serikat, yaitu negara yang selama ini menjadi pemasok kedelai terbesar untuk Indonesia.