Pernak-pernik hiasan Natal merupakan bisnis besar di sebuah “Desa Natal” di China. Tapi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada perayaan publik ataupun lampu-lampu Natal menghiasi jalan-jalan di sana.
Kota Xitan terletak di kawasan pegunungan dan sedikit di hilir sebuah waduk besar di Provinsi Zhejiang, China timur. Iklim di sana sejuk pada saat ini, tapi yang jelas, tidak ada salju dan tidak ada cuaca yang sangat dingin seperti di Kutub Utara, tempat Sinterklas tinggal.
Meski demikian, Xitan mengirim pernak-pernik dan hiasan Natal bernilai sekitar US$100 juta dolar per tahun ke tempat-tempat yang jauh seperti Eropa, Amerika Serikat dan Brazil.
Wang Lianming, kepala sebuah desa di Xitan sekaligus direktur produsen hiasan Natal yang paling awal di Xitan, Ruian D-Bright Arts and Crafts, mengatakan, sementara pasar di luar negeri masih menjadi pasar utama bisnis D-Bright Arts and Crafts, minat terhadap musim liburan natal juga berkembang di China.
“Sebelumnya, Natal hanyalah hari yang dirayakan di luar negeri, hanya sedikit warga China mengetahui tentang tradisi itu”, kata Wang.
“Tapi pada tahun-tahun terakhir ini, perayaan Natal di China meningkat, dilihat dari penjualan hiasan dan pernak-pernik Natal.”
Sebelum D-Bright Arts mulai membuat kerajinan hiasan-hiasan Natal, perusahaan itu sampai sekarang membuat bola-bola disko. Sebagaimana perusahaan lain di Xitan, perusahaan ini juga mempunyai cabang yang membuat pernak-pernik untuk hari raya lain di negara-negara Barat, bahkan untuk Halloween dan topeng-topeng untuk karnaval di Brazil.
Di Xitan terdapat jumlah besar warga Kristen, tapi sebagian mengatakan bahwa keterampilan dan bukan agama yang menjadikan usaha membikin pernak-pernik industri utama di Xitan.
Namun, bagi sebagian warga Xitan, Natal merupakan waktu untuk perayaan keagamaan dan hal itu menimbulkan kontroversi. Dua tahun lalu, ketika desa itu menjadi tempat perayaan bagi industri pernak-pernik natal, sebagian mengatakan warga Kristen setempat mengubahnya menjadi sebuah peristiwa keagamaan. Umat Kristiani setempat mengatakan, pihak berwenang segera melarangnya.
Kepala Desa, Wang Lianming mengatakan, “Kami berhenti menyelenggarakan perayaan itu, karena masalah keagamaan dan sebagian ingin memasukkan agama ke dalam acara itu. Tidak benar menggunakan peristiwa budaya dan mengubahnya menjadi peristiwa keagamaan.”
Wang mengatakan, peristiwa itu dimaksudkan untuk lebih merupakan perayaan bagaimana Xitan membangun diri dan kemampuannya menemukan peluang bisnis.
Kota Xitan terletak di kawasan pegunungan dan sedikit di hilir sebuah waduk besar di Provinsi Zhejiang, China timur. Iklim di sana sejuk pada saat ini, tapi yang jelas, tidak ada salju dan tidak ada cuaca yang sangat dingin seperti di Kutub Utara, tempat Sinterklas tinggal.
Meski demikian, Xitan mengirim pernak-pernik dan hiasan Natal bernilai sekitar US$100 juta dolar per tahun ke tempat-tempat yang jauh seperti Eropa, Amerika Serikat dan Brazil.
Wang Lianming, kepala sebuah desa di Xitan sekaligus direktur produsen hiasan Natal yang paling awal di Xitan, Ruian D-Bright Arts and Crafts, mengatakan, sementara pasar di luar negeri masih menjadi pasar utama bisnis D-Bright Arts and Crafts, minat terhadap musim liburan natal juga berkembang di China.
“Sebelumnya, Natal hanyalah hari yang dirayakan di luar negeri, hanya sedikit warga China mengetahui tentang tradisi itu”, kata Wang.
“Tapi pada tahun-tahun terakhir ini, perayaan Natal di China meningkat, dilihat dari penjualan hiasan dan pernak-pernik Natal.”
Sebelum D-Bright Arts mulai membuat kerajinan hiasan-hiasan Natal, perusahaan itu sampai sekarang membuat bola-bola disko. Sebagaimana perusahaan lain di Xitan, perusahaan ini juga mempunyai cabang yang membuat pernak-pernik untuk hari raya lain di negara-negara Barat, bahkan untuk Halloween dan topeng-topeng untuk karnaval di Brazil.
Di Xitan terdapat jumlah besar warga Kristen, tapi sebagian mengatakan bahwa keterampilan dan bukan agama yang menjadikan usaha membikin pernak-pernik industri utama di Xitan.
Namun, bagi sebagian warga Xitan, Natal merupakan waktu untuk perayaan keagamaan dan hal itu menimbulkan kontroversi. Dua tahun lalu, ketika desa itu menjadi tempat perayaan bagi industri pernak-pernik natal, sebagian mengatakan warga Kristen setempat mengubahnya menjadi sebuah peristiwa keagamaan. Umat Kristiani setempat mengatakan, pihak berwenang segera melarangnya.
Kepala Desa, Wang Lianming mengatakan, “Kami berhenti menyelenggarakan perayaan itu, karena masalah keagamaan dan sebagian ingin memasukkan agama ke dalam acara itu. Tidak benar menggunakan peristiwa budaya dan mengubahnya menjadi peristiwa keagamaan.”
Wang mengatakan, peristiwa itu dimaksudkan untuk lebih merupakan perayaan bagaimana Xitan membangun diri dan kemampuannya menemukan peluang bisnis.