Hotel-hotel di Turki telah mengurangi stafnya sampai 49 persen, beberapa tutup untuk musim dingin dan yang lainnya kesulitan membayar pinjaman menyusul masa sulit setahun terakhir ketika tingkat hunian jatuh ke titik terendah di Eropa, menurut sebuah laporan hari Senin (5/12).
Industri turis, yang biasanya menyumbangkan sekitar US$30 miliar untuk produk domestik bruto dalam setahun, telah terpukul keras akibat serangkain pemboman tahun ini, termasuk serangan di bandar udara utama Istanbul, dan kudeta yang gagal bulan Juli.
Telah lama menjadi salah satu negara yang paling dikunjungi di dunia dan populer di kalangan orang Arab, Rusia dan Eropa, Turki menghadapi tingkat hunian yang jatuh ke 50,4 persen dalam 10 bulan pertama 2016, menurut Asosiasi Hotel Turki (TUROB).
Pendapatan dari sewa kamar turun 42 persen dalam periode yang sama, juga penurunan yang paling tajam di Eropa, sementara beberapa properti hanya mendapat tingkat hunian 30 persen, yang artinya mereka beroperasi dengan merugi, ujar ketua TUROB Timur Bayindir dalam sebuah pernyataan.
"Beberapa pemilik hotel telah menjual apartemen mereka untuk menutup biaya, dan sektor ini telah memeceat 40 persen personelnya," ujarnya.
Jumlah pengunjung asing ke Turki anjlok seperempatnya bulan Oktober, menurut data resmi yang dikeluarkan minggu lalu. Itu adalah penurunan terkecil dalam tujuh bulan, seiring pulihnya kedatangan dari Rusia setelah Ankara memperbaiki hubungan dengan Moskow.
Anjloknya angka turis Rusia, yang biasanya membanjiri pantai-pantai Mediterania di Turki, menjadi pukulan berat. Hubungan memburuk setelah Turki menembak jet tempur Rusia di atas Suriah tahun lalu, namun hubungan secara resmi dipulihkan Agustus. [hd]