Sebuah laporan oleh kelompok yang berbasis di New York itu menuduh Kapten Amadou Sanogo dan pasukannya mengumpulkan 80 anggota aparat keamanan – termasuk 20 tentara yang hilang.
Kapten Amadou Sanogo dan tentaranya memimpin kudeta bulan Maret lalu dan menyalahkan ke-80 tentara itu atas upaya menentang kudeta pada bulan April lalu.
Di bawah tekanan intensif internasional, Kapten Amadou Sanogo menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sementara. Tetapi komunitas internasional mengatakan ia tetap ikut campur dalam urusan pemerintahan.
Corrina Dufka – peneliti pada LSM HAM “Human Rights Watch” mengatakan pasukan pro-Sanogo menyiksa yang mereka curigai sebagai saingan-saingan mereka di dua pangkalan.
Laporan Human Rights Watch menyebutkan beberapa saksi mata yang mengatakan penyiksaan itu mencakup pemukulan fatal, pencekikan, penyiksaan seksual, tidak memberi makan dan minum, serta pembakaran dengan rokok.
Kapten Amadou Sanogo dan tentaranya memimpin kudeta bulan Maret lalu dan menyalahkan ke-80 tentara itu atas upaya menentang kudeta pada bulan April lalu.
Di bawah tekanan intensif internasional, Kapten Amadou Sanogo menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sementara. Tetapi komunitas internasional mengatakan ia tetap ikut campur dalam urusan pemerintahan.
Corrina Dufka – peneliti pada LSM HAM “Human Rights Watch” mengatakan pasukan pro-Sanogo menyiksa yang mereka curigai sebagai saingan-saingan mereka di dua pangkalan.
Laporan Human Rights Watch menyebutkan beberapa saksi mata yang mengatakan penyiksaan itu mencakup pemukulan fatal, pencekikan, penyiksaan seksual, tidak memberi makan dan minum, serta pembakaran dengan rokok.