Perselisihan itu memuncak setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mempertanyakan perjanjian yang sudah disepakati selama hampir satu abad, yang menentukan batas-batas negara yang ada sekarang.
Presiden Erdogan mengejutkan Turki dan kawasan bulan lalu ketika mempertanyakan Perjanjian Lausanne tahun 1923 yang mengatur perbatasan modern Turki. Ia mengatakan Turki telah diperas oleh kekuatan-kekuatan asing untuk menyerahkan sebagian besar wilayah yang sebelumnya merupakan bagian dari kekaisaran Ottoman.
Erdogan memusatkan kecamannya atas hilangnya beberapa pulau di Laut Aegea yang diambil Yunani, tetapi sebagian analis mengatakan Erdogan mungkin punya gambaran wilayah lain dalam benaknya. .
“Pesan ini seharusnya lebih dilihat sebagai isyarat kebijakan Turki ke selatan, Suriah dan Irak,” ujar Sinan Ulgen – pakar politik di Carnegie Europe di Brussels.
Erdogan mengabaikan seruan Perdana Menteri Irak Haider al Abadi untuk menarik mundur pasukan Turki, dengan mengatakan “Abadi seharusnya tahu diri”, dan bahwa “tentara Turki tidak akan mengikuti perintah Abadi”. Erdogan juga berkeras bahwa pasukan Turki akan ikut serta dalam operasi untuk mengusir ISIS dari Mosul. [em/ii]