Seorang pendaki asal Malaysia kemungkinan besar meninggal karena paparan dan penyakit yang berhubungan dengan ketinggian awal pekan ini setelah berlindung selama berhari-hari di gua bersalju dengan peralatan bertahan hidup yang minim di dekat puncak Denali, gunung tertinggi di Alaska di Amerika Utara.
Informasi itu diungkap oleh sejumlah jagawana taman nasional tersebut pada Sabtu (1/6).
Zulkifli Bin Yusof, 36, kemungkinan meninggal pada Rabu (29/5) di sebuah gua dengan ketinggian 5.974 meter di Taman Nasional dan Cagar Alam Denali, kata juru bicara taman Paul Ollig, Sabtu (1/6). Ollig mengatakan Layanan Taman Nasional menemukan jenazahnya pada Jumat (31/5) malam.
Yusof adalah bagian dari tim pendakian yang terdiri dari tiga orang. Menurut Ollig, semua pendaki mencantumkan alamat yang sama yaitu Alpine Club of Malaysia di Subang Jaya, Selangor, Malaysia. Dua rekan Yusof selamat.
Para jagawana pertama kali menerima pesan SOS dari tim pada Selasa (28/5), pukul 01.00 waktu setempat, yang mengindikasikan bahwa para pendaki mengalami hipotermia dan tidak dapat turun setelah mencapai puncak gunung Alaska setinggi 6.190 meter.
Salah satu pria, berusia 48 tahun, diselamatkan pada Selasa (28/5)malam setelah turun ke kamp setinggi 5.243 meter. Pihak jagawanan menggambarkan pria itu menderita radang dingin dan hipotermia yang parah.
Kamis (30/5) malam, pilot helikopter di taman nasional tersebut berhasil menjatuhkan tas berisi perlengkapan bertahan hidup di dekat gua salju dan melihat seorang pendaki melambai ke arahnya. Namun angin kencang menghalangi penyelamatan pada saat itu, kata pihak taman.
Pendaki lainnya, berusia 47 tahun, diselamatkan pada Jumat (31/5) pagi setelah berhari-hari dalam kondisi mendung dan berangin.
Menurut Ollig, dua dari tiga pria tersebut memiliki pengalaman sebelumnya di Denali. Ketiganya sebelumnya pernah mendaki gunung dataran tinggi lainnya, imbuhnya.
Pendaki yang diselamatkan pada Jumat itu dilarikan ke rumah sakit Anchorage untuk perawatan tambahan dan "dalam kondisi yang sangat kuat, bahkan bisa berjalan sendiri, mengingat apa yang dia alami," kata Ollig sebelumnya. Nama pendaki dan informasi tambahan tentang dirinya dan penyintas lainnya tidak akan dirilis oleh pihak taman nasional.
Pendaki lainnya juga sedang dalam pemulihan di rumah sakit. [ft]