Ratusan orang menyerbu bandar udara utama Dagestan, wilayah yang dikuasai Rusia dan masuk hingga ke landasan pesawat. Mereka meneriakkan slogan-slogan antisemit dan mencari penumpang yang tiba dalam penerbangan dari ibu kota Israel, Tel Aviv, seperti dilaporkan agensi berita Rusia dan berbagai laman media sosial.
Mengutip pemberitaan dari Rusia, AP melaporkan bahwa kerumunan massa pada hari Minggu itu mengepung pesawat terbang, yang dioperasikan oleh maskapai milik Rusia, Red Wings. Otoritas telah menutup bandar udara di Makhachkala, ibu kota Dagestan yang merupakan wilayah dengan mayoritas muslim. Aparat kepolian juga bersiaga di fasilitas tersebut.
Menteri Kepemudaan Dagestan, Kamil Saidov berupaya menenangkan massa.
“Selama kita melumpuhkan bandara, tidak akan ada yang berhasil di sini. Kita semua harus berpindah ke bagian pemeriksaan bersama-sama. Jadi tidak ada penembakan di sini, tidak ada perkelahian. Orang-orang sudah saling berkelahi di antara mereka sendiri, karena itu bantuan disediakan untuk mereka yang membutuhkan. Ada banyak orang di sini,” kata Saidov.
Kementerian Kesehatan Dagestan mengatakan, lebih dari 20 orang terluka, dengan dua di antaranya dalam kondisi kritis. Mereka juga menyatakan, yang terluka termasuk petugas polisi dan warga sipil. Enam puluh orang ditahan dalam kerusuhan itu, menurut Kementerian Dalam Negeri di distrik wilayah yang membawahi Dagestan dalam pernyataan pada Senin. Belum jelas, apakah mereka akan dikenai tuntutan.
Dalam video yang tersebar di media sosial, sejumlah massa tampak mengibarkan bendera Palestina dan sebagian yang lain membalikkan mobil polisi. Slogan-slogan antisemit terdengar diteriakkan dan sejumlah orang dalam kerumunan itu memeriksa paspor para penumpang yang baru tiba, tampaknya sebagai upaya untuk mengidentifikasi penumpang warga negara Israel. Gubernur Dagestan, Sergei Melikov, menjanjikan konsekuensi untuk setiap orang yang terlibat dalam aksi kekerasan itu.
Rusia: Pihak Luar Provokasi Kerusuhan di Bandara Dagestan
Sementara Reuters melaporkan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pada Senin, 30 Oktober, bahwa serbuan massa di bandara Makhachkala di wilayah Dagestan pada Minggu, oleh gerombolan massa anti Israel adalah buah dari provokasi yang diatur dari luar Rusia, dengan Ukraina memainkan peran kunci dan langsung, ujarnya.
“Kerusuhan massa yang terjadi pada 29 Oktober di Republik Dagestan adalah hasil dari sebuah perencanaan dan dilakukan melalui provokasi dari luar, yang ditujukan untuk merusak perkembangan yang harmonis dan persatuan etno konfesional (kelompok orang dengan agama yang sama) dari masyarakat Federasi Rusia. Mereka terinspirasi oleh pihak-pihak yang secara berulang menggunakan metode ekstrimis dan teroris secara terbuka untuk mengacaukan situasi politik dalam negeri di Rusia,” ujar Zakharova.
Zakharova merujuk pada sumber-sumber daring yang terhubung dengan bekas pengacara Rusia, Ilya Ponomaryov, yang saat ini tinggal di Ukraina, sebagai partisan anti-Kremlin. Ponomaryov mengatakan pada hari Senin bahwa dia dulu adalah investor pada saluran di aplikasi
Telegram di Dagestan bernama Utro, tetapi saat ini dia tidak lagi memiliki hubungan dengan saluran itu.
Penasihat kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv tidak memiliki urusan apapun dengan kerusuhan tersebut. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy pada Minggu mengutuk kerusuhan itu dalam apa yang dia sebut sebagai budaya kebencian dari Rusia yang menyebar ke negara-negara lain, yang dipropagandakan oleh televisi negara, para pakar dan pihak pemerintah.
AFP melaporkan bahwa bandara itu telah dibuka kembali pada Senin, tetapi otoritas melaporkan sejumlah kerusakan dan pihak maskapai menyatakan, penerbangan ke Israel untuk beberapa hari ke depan dibatalkan. Kremlin mengumumkan bahwa Presiden Vladimir Putin mengumpulkan para penasihat puncaknya serta pimpinan intelijen pada Senin sore, untuk mendiskusikan upaya-upaya pihak Barat menggunakan peristiwa di Timur Tengah untuk memecah belah masyarakat Rusia.
Sheikh Akhmad Afandi, Mufti Dagestan berpesan agar muslim di kawasan itu tidak bereaksi keliru terkait apa yang terjadi di Gaza.
“Adapun tindakan hari ini, tentu saja, saya dengan tulus mengatakan bahwa Anda telah membuat kesalahan. Persoalan tersebut tidak bisa diselesaikan dengan cara semacam ini. Kami sangat memahami kemarahan Anda, kami menyaksikan itu dengan perasaan sangat sakit. Tetapi semua sama, pesawat datang ke sini dengan membawa warga Israel, dan tidak ada cara untuk menutup rute ini. Anda tidak bisa melarangnya, dengan cara semacam ini,” ujar Afandi.
Pemimpin Ortodoks Rusia, Patriarch Kirill juga melihat campur tangan pihak luar, mengutuk kekerasan sebagai upaya untuk menabur perselisihan di antara kelompok Yahudi dan Muslim di Rusia.
“Saya tidak memiliki keraguan, bahwa kekuatan yang memprovokasi insiden ini tidak akan pernah berhenti untuk membuat kekacauan di negara kita,” kata rohaniwan berpengaruh yang juga dikenal dekat dengan Kremlin ini.
Pada hari yang sama dengan kerusuhan terjadi, media resmi Rusia melaporkan bahwa Pusat Yahudi di kawasan Kaukasus Utara yang lain, Kabardino-Balkaria, terbakar. Kawasan pegunungan Kaukasus Utara telah memiliki komunitas Yahudi selama berabad-abad. Sehari setelah kerusuhan, AFP melaporkan mobil polisi dengan sejumlah petugas berjaga di luar sinagoge Makachkala. [ns/lt]
Forum