Ratusan pengungsi Rohingya kembali terdampar di perairan Aceh dalam upaya mereka untuk meninggalkan tempat asalnya yang dilanda konflik.
Panglima Laot Bireuen, Badruddin Yunus, mengatakan sebanyak 114 imigran etnis Muslim-Rohingya tiba di Pantai Alue Buya Pasie, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh, pada Minggu (6/3) kemarin. Ratusan etnis Muslim-Rohingya itu pertama kali ditemukan oleh nelayan setempat.
"Mereka mendarat sendiri lewat muara Kuala Raja Kabupaten Bireuen. Pada saat itu ada nelayan kami mau ke laut tiba-tiba melihat ada orang banyak duduk di dekat pantai. Ternyata etnis Rohingya," kata Badruddin kepada VOA, Senin (7/3).
Badruddin menjelaskan, ratusan etnis Muslim-Rohingya itu terdiri dari 58 laki-laki, 21 perempuan, dan 35 anak-anak. Menurut pengakuan pengungsi Rohingya tersebut, mereka telah berlayar di laut setidaknya selama 25 hari tanpa makanan yang cukup bersama rombongan dua kapal lain. Namun, hanya satu kapal yang menepi ke bibir pantai perairan Bireuen.
"Ada tiga kapal tapi mereka berpisah dengan dua kapal lain. Lalu, mereka merapat ke Bireuen," jelasnya. Kedatangan rombongan etnis Muslim-Rohingya itu bukan yang pertama di Biruen.
Kedatangan rombongan etnis Muslim-Rohingya itu bukan yang pertama di Biruen. Badruddin menjelaskan, 114 etnis Muslim-Rohingya yang tiba kali ini merupakan kali ketiga pengungsi asal etnis yang sama di Aceh. Saat ini ratusan etnis Rohingya itu masih menjalani tes rapid antigen COVID-19 dan melakukan vaksinasi di penampungan sementara di Meunasah Alue Buya Pasie, Kecamatan Jangka, Bireuen.
"Ini sudah tiga kali kedatangan pengungsi Etnis Rohingya. Sebelumnya di tahun 2019," tandasnya. Kemudian, ratusan etnis Muslim-Rohingya itu diamankan pihak Polsek Jangka, TNI AL Peudada, Koramil 07 Jangka, dan perangkat desa ke Meunasah Desa Jangka Alue Buya Pasie untuk didata.
Dari pemeriksaan tersebut, 74 orang di antaranya merupakan pemegang kartu Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Selain itu pula, 30 orang pengungsi diketahui telah memiliki kartu vaksin. Kapolres Bireuen, AKBP Mike Hardy Wirapraja, dalam keterangan tertulisnya mengatakan besar kemungkinan masih ada etnis Rohingya lainnya yang terdampar di perairan Aceh.
Dia pun menyarankan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen segera berkoordinasi dengan Dirjen Imigrasi untuk langkah-langkah penanganan lebih lanjut.
"Kiranya Pemkab Bireuen meminta petunjuk dari Dirjen Imigrasi. Kemudian untuk langkah awal mendirikan tenda penampungan, MCK, dan menyalurkan logistik serta sembako. Mengingat mereka (etnis Rohingya) kekurangan makanan saat di dalam kapal," ujar Mike.
Selanjutnya, berdasarkan hasil koordinasi Pemkab Bireuen dengan Pemerintah Kota Lhokseumawe. Ratusan orang etnis Rohingya itu akan dikarantina sementara di penampungan BLK, Desa Menasah Mee Kandang, Muara Dua, Kota Lhokseumawe.
Indonesia hingga saat ini masih belum meratifikasi konvensi pengungsi tahun 1951 sehingga sejumlah pengungsi dari negara lain, seperti kelompok minoritas Rohingya, yang tiba di dalam negeri menjadi tanggung jawab dari UNHCR, badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi. [aa/rs]