India, China: Pasar Baru untuk Minyak Rusia yang Sepi Pembeli
Associated Press
India, China: Pasar Baru untuk Minyak Rusia yang Sepi Pembeli
India dan negara-negara Asia lainnya menjadi sumber pendapatan minyak yang semakin vital bagi Moskow meskipun Amerika Serikat (AS) telah memberi tekanan kepada mereka untuk tidak menambah volume pembelian minyak tersebut. Uni Eropa dan negara-negara sekutu lainnya telah memangkas impor komoditas energi dari Rusia sejalan dengan sanksi terkait perang di Ukraina.
Transaksi pembelian minyak Moskow diyakini dapat meningkatkan pendapatan ekspor Rusia pada saat Washington dan sekutunya berusaha membatasi aliran keuangan yang mendukung upaya perang Moskow.
India, negara berpenduduk 1,4 miliar yang haus minyak, telah mengkonsumsi hampir 60 juta barel minyak Rusia pada 2022 sejauh ini, dibandingkan dengan 12 juta barel pada 2021, menurut perusahaan data komoditas Kpler. Pengiriman ke negara-negara Asia lainnya, seperti China, juga meningkat dalam beberapa bulan terakhir, tetapi pada tingkat yang lebih rendah.
Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press, Perdana Menteri Sri Lanka mengatakan dia mungkin terpaksa membeli lebih banyak minyak dari Rusia saat dia mati-matian berburu bahan bakar untuk menjaga negara itu tetap berjalan di tengah krisis ekonomi yang mengerikan.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan Sabtu (11/6), dia menjajaki kemungkinan untuk melihat ke sumber lain, tetapi akan terbuka untuk membeli lebih banyak minyak mentah dari Moskow. Pada akhir Mei, Sri Lanka membeli 99.000 ton minyak mentah Rusia untuk memulai kembali operasi kilang minyak satu-satunya yang mereka punya.
Sejak invasi Rusia pada akhir Februari, harga minyak global telah melonjak. Hal itu mengakibatkan industri minyak di India dan negara-negara lain untuk beralih ke minyak Moskow dengan pemberian insentif tambahan berupa diskon besar-besaran sebesar $30 hingga $35. Harga tersebut jauh dibandingkan dengan minyak mentah Brent dan minyak internasional lainnya yang sekarang diperdagangkan sekitar $120 per barel.
Kehadiran mereka penting bagi Rusia, setelah 27 negara Uni Eropa, pasar utama bahan bakar fosil yang memasok sebagian besar pendapatan asing Moskow, setuju untuk menghentikan sebagian besar pembelian minyak pada akhir tahun ini.
“Tampaknya tren yang berbeda saat ini mulai terbentuk,” kata Matt Smith, analis utama di Kpler yang melacak aliran minyak Rusia. Karena pengiriman minyak Ural ke sebagian besar Eropa dipotong, minyak mentah malah mengalir ke Asia, di mana India telah menjadi pembeli utama, diikuti oleh China. Laporan pelacakan kapal menunjukkan Turki adalah tujuan utama lainnya.
“Orang-orang menyadari bahwa India adalah pusat kilang, mengambilnya dengan harga murah, memurnikannya dan mengirimkannya sebagai produk bersih karena mereka dapat membuat margin yang kuat untuk itu,” kata Smith.
Pada bulan Mei, sekitar 30 kapal tanker Rusia yang memuat minyak mentah menuju pantai India, menurunkan sekitar 430.000 barel per hari. Rata-rata hanya 60.000 barel per hari tiba pada Januari-Maret, menurut Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih yang berbasis di Helsinki, Finlandia, sebuah lembaga kajian independen.
Perusahaan kilang milik negara dan swasta China juga telah meningkatkan pembelian. Pada 2021, Beijing adalah pembeli tunggal terbesar minyak Rusia, mengambil rata-rata 1,6 juta barel per hari, dibagi rata antara jalur pipa dan jalur laut, menurut Badan Energi Internasional.
Sementara impor India masih hanya sekitar seperempat dari itu, peningkatan tajam sejak perang dimulai berpotensi menjadi sumber gesekan antara Washington dan New Delhi.
AS mengakui kebutuhan India akan energi yang terjangkau, tetapi “kami mencari sekutu dan mitra untuk tidak meningkatkan pembelian energi Rusia,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken setelah pertemuan para menteri luar negeri dan pertahanan AS dan India pada bulan April.
Sementara itu, AS dan sekutunya di Eropa terlibat dalam diskusi "sangat aktif" tentang langkah-langkah koordinasi, mungkin membentuk kartel, untuk mencoba menetapkan batas harga minyak Rusia, Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan pada pertemuan Komite Keuangan Senat pada Selasa.
Tujuannya, kata Yellen, adalah untuk menjaga minyak Rusia mengalir ke pasar global untuk mencegah harga minyak mentah, yang sudah naik 60 persen pada tahun ini, melonjak lebih tinggi lagi.
“Tentu saja, tujuannya adalah untuk membatasi pendapatan yang masuk ke Rusia,” kata Yellen, menunjukkan strategi yang tepat belum diputuskan.
Sementara Eropa dapat menemukan sumber alternatif untuk pembelian sekitar 60 persen dari ekspor minyak mentah Rusia, Rusia juga memiliki pilihan.
Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menekankan tujuan negaranya dalam melakukan apa yang mereka anggap terbaik di tengah konflik yang terjadi saat ini, menjawab kritikan atas pembelian minyak dari Rusia.
“Jika India membeli minyak Rusia dianggap sebagai mendanai perang … katakan pada saya, maka membeli gas Rusia tidak mendanai perang? Mari kita sedikit seimbang,” katanya di sebuah forum baru-baru ini di Slovakia, merujuk pada impor gas Rusia dari Eropa.
Impor minyak mentah India dari Rusia naik dari 100.000 barel per hari pada Februari menjadi 370.000 barel per hari pada April menjadi 870.000 barel per hari pada Mei.
Sebagian besar dari pengiriman tersebut memindahkan minyak dari Irak dan Arab Saudi, sebagian besar dikirim ke kilang di Sika dan Jamnagar di pantai barat India. Hingga April, minyak Rusia menyumbang kurang dari 5 persen dari minyak mentah yang diproses di kilang minyak Jamnagar yang dioperasikan Reliance Industries.
Impor China juga meningkat lebih lanjut tahun ini, membantu pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin mencatat surplus transaksi berjalan, ukuran perdagangan terluas, sebesar $96 miliar untuk empat bulan yang berakhir pada April. [ah/rs]